Melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid merupakan kalimat yang seringkali
kita dengarkan ketika kita mempelajari Kurikulum terbaru yang diselenggarakan
di Indonesia. Kurikulum pada awal peluncurannya dikenal dengan Kurikulum
Merdeka. Nama kurikulum tersebut menimbulkan berbagai tanya tak hanya dalam
kalangan pendidikan, masyarakat umum juga terhenyak mendengar nama kurikulum merdeka
yang berbeda dari nama-nama kurikulum sebelumnya. Keberpihakan pada murid merupakan
semangat penting yang tidak dapat dipisahkan dengan kurikulum ini.
Keberpihakan pada murid yang dimiliki oleh kurikulum merdeka memunculkan adanya pembelajaran yang menghargai keberagaman murid. Sebagai makhluk hidup yang memiliki keunikan tersendiri manusia memiliki beragam faktor pembeda diantara mereka. Faktor pembeda ini berusaha untuk dihargai dan difasilitasi melalui kurikulum merdeka dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Penghargaan terhadap pembelajaran ini juga termuat dalam profil pelajar yang diharapkan terbentuk seiring dengan berlangsungnya pembelajaran dengan kurikulum merdeka ini. Profil pelajar yang dimaksud adalah profil pelajar Pancasila yang didalamnya terdapat satu profil yang diharapkan dapat terbentuk yaitu berkebinekaan global. Berkebhinekaan global ini mengispirasi pola pengajaran guru untuk menghargai keberagaman dengan menyajikan pembelajaran berdiferensiasi.
Diferensiasi pembelajaran murid ini dapat dilakukan dalam 3 cara yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Diferensiasi konten merupakan cara penyajian pengajaran dengan memberikan bahan belajar bagi murid yang beragam. Keragaman konten misalnya dengan memberi bahan belajar berupa video pembelajaran, rekaman berita radio, artikel, maupun teks tertulis lain seperti infografis. Diferensiasi proses adalah perbedaan aktivitas belajar murid sesuai dengan perbedaan yang terdapat pada murid. Sedangkan diferensiasi produk adalah fasilitas menampilkan hasil kerja murid dalam beragam media yang sesuai dengan kondisi yang diharapkan murid.
Dalam rangka melakukan diferensiasi pembelajaran,
seorang guru hendaknya terlebih dahulu memahami kebutuhan belajar murid. Dalam
buku How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom karya
Tomlinson (2001) kebutuhan belajar murid dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
- Kesiapan belajar (readiness)
- Minat murid
- Profil belajar murid
Kesiapan belajar murid merupakan kemampuan dasar murid
untuk dapat mempelajari materi baru. Dalam mengukur kesiapan murid, kita dapat
mengukur dari 6 aspek dengan mengetahui jawaban tentang dari
pertanyaan-pertanyaan berikut yaitu
- Apakah murid telah
memahami materi yang akan dipelajari atau menganggap materi yang akan
dipelajari sebagai materi baru?
- Apakah murid masih
memerlukan alat bantu konkret atau telah mampu berpikir tentang hal-hal
abstrak?
- Apakah murid perlu
belajar materi yang sederhana atau telah mampu mempelajari materi yang
rumit?
- Apakah murid masih
memerlukan informasi terinci ataukah telah siap mencoba menggunakan ide
kreatifnya?
- Apakah murid telah
mampu mandiri ataukah masih memerlukan pendampingan?
- Apakah murid
memerlukan waktu lebih lama untuk belajar hal baru ataukah dapat
menyelesaikan pembelajaran dengan lebih cepat?
Kesiapan belajar tersebut bukanlah tingkat intelegensi murid, namun lebih pada pengusaan murid tentang hal yang akan dipelajari. Kesiapan belajar tersebut dapat berbeda antara satu materi dengan materi lainnya. Dengan menyelidiki tingkat kesiapan murid tersebut, kita akan dapat mengelompokkan murid dalam kelompok kesiapan belajar yang berbeda.
Faktor kedua yang dapat dijadikan dasar diferensiasi
pembelajaran murid adalah minat murid,
yaitu kondisi mental untuk merespon situasi yang menyenangkan bagi diri seorang
murid. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik
minat murid adalah:
- menciptakan situasi pembelajaran yang menarik
seperti dengan humor atau menciptakan kejutan-kejutan.
- menciptakan konteks pembelajaranterkait minat
murid,
- mengomunikasikan manfaat materi yang dipelajari
dalam keseharian,
- menciptakan kesempatan murid untuk memecahkan
persoalan (problem-based learning).
Terakhir adalah profil belajar murid atau lebih sering
kita sebut sebagai gaya belajar. Gaya belajar umum dibedakan menjadi 3 macam
yaitu auditori, visual, dan kinestetik. Orang yang memiliki gaya belajar
auditori menyukai belajar yang melibatkan indra pendengaran, mereka juga
memiliki kecenderungan untuk belajar ditempat yang tenang, karena suara-suara
yang tidak berkaitan dengan hal yang dipelajari akan menggangu aktifitas
belajar mereka. Gaya belajar visual dimiliki oleh orang-orang yang menyukai sumber
belajar berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan,
peta, graphic organizer. Sedangkan mereka yang menyukai
belajar secara kinestetik memerlukan kegiatan bergerak dan pengalaman taktikal
sebagai pengalaman belajar dengan melakukan yang mereka sukai.
Setiap murid yang kita hadapi dapat memiliki profil
belajar yang berbeda-beda, bahkan dapat memiliki perpaduan diantara ketiga gaya
belajar tersebut. Salah satu cara mengetahui faktor kesiapan
belajar, minat belajar, dan profil belajar tersebut adalah dengan melakukan
Pra-Asesmen. Beberapa cara yang dapat dikerjakan untuk melakukan Pra-Asesmen
adalah meminta murid mengikuti pre-test, survei minat, kuis informal,
menyusun peta konsep, membuat bagan T-I-B (Apa yang aku Tahu, Ingin tahu, dan
telah Belajar), ataupun berdiskusi antara murid dan guru.
Pembelajaran diferensiasi itu dapat memudahkan murid dalam menyusun pemahamannya tentang materi yang dipelajari karena dapat mengakomodir kebutuhan belajar mereka. Namun bagi guru, memerlukan konsentrasi dan perhatian yang lebih dalam penyelenggaraan pendidikan. Demikian informasi yang dapat saya terkait pembelajaran berdiferensiasi, semoga menginspirasi kita untuk menyelenggarakan pendidikan berdiferensiasi secara berkesinambungan demi pendidikan di Indonesia.