Selasa, 03 September 2024

Pembelajaran berdiferensiasi Tantangan Guru Kemudahan Murid

Melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid merupakan kalimat yang seringkali kita dengarkan ketika kita mempelajari Kurikulum terbaru yang diselenggarakan di Indonesia. Kurikulum pada awal peluncurannya dikenal dengan Kurikulum Merdeka. Nama kurikulum tersebut menimbulkan berbagai tanya tak hanya dalam kalangan pendidikan, masyarakat umum juga terhenyak mendengar nama kurikulum merdeka yang berbeda dari nama-nama kurikulum sebelumnya. Keberpihakan pada murid merupakan semangat penting yang tidak dapat dipisahkan dengan kurikulum ini.

Keberpihakan pada murid yang dimiliki oleh kurikulum merdeka memunculkan adanya pembelajaran yang menghargai keberagaman murid. Sebagai makhluk hidup yang memiliki keunikan tersendiri manusia memiliki beragam faktor pembeda diantara mereka. Faktor pembeda ini berusaha untuk dihargai dan difasilitasi melalui kurikulum merdeka dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Penghargaan terhadap pembelajaran ini juga termuat dalam profil pelajar yang diharapkan terbentuk seiring dengan berlangsungnya pembelajaran dengan kurikulum merdeka ini. Profil pelajar yang dimaksud adalah profil pelajar Pancasila yang didalamnya terdapat satu profil yang diharapkan dapat terbentuk yaitu berkebinekaan global. Berkebhinekaan global ini mengispirasi pola pengajaran guru untuk menghargai keberagaman dengan menyajikan pembelajaran berdiferensiasi.

Diferensiasi pembelajaran murid ini dapat dilakukan dalam 3 cara yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Diferensiasi konten merupakan cara penyajian pengajaran dengan memberikan bahan belajar bagi murid yang beragam. Keragaman konten misalnya dengan memberi bahan belajar  berupa video pembelajaran, rekaman berita radio, artikel, maupun teks tertulis lain seperti infografis. Diferensiasi proses adalah perbedaan aktivitas belajar murid sesuai dengan perbedaan yang terdapat pada murid. Sedangkan diferensiasi produk adalah fasilitas menampilkan hasil kerja murid dalam beragam media yang sesuai dengan kondisi yang diharapkan murid.

Dalam rangka melakukan diferensiasi pembelajaran, seorang guru hendaknya terlebih dahulu memahami kebutuhan belajar murid. Dalam buku How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom karya Tomlinson (2001) kebutuhan belajar murid dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

  1. Kesiapan belajar (readiness)
  2. Minat murid
  3. Profil belajar murid

Kesiapan belajar murid merupakan kemampuan dasar murid untuk dapat mempelajari materi baru. Dalam mengukur kesiapan murid, kita dapat mengukur dari 6 aspek dengan mengetahui jawaban tentang dari pertanyaan-pertanyaan berikut yaitu 

  1. Apakah murid telah memahami materi yang akan dipelajari atau menganggap materi yang akan dipelajari sebagai materi baru?
  2. Apakah murid masih memerlukan alat bantu konkret atau telah mampu berpikir tentang hal-hal abstrak?
  3. Apakah murid perlu belajar materi yang sederhana atau telah mampu mempelajari materi yang rumit?
  4. Apakah murid masih memerlukan informasi terinci ataukah telah siap mencoba menggunakan ide kreatifnya?
  5. Apakah murid telah mampu mandiri ataukah masih memerlukan pendampingan?
  6. Apakah murid memerlukan waktu lebih lama untuk belajar hal baru ataukah dapat menyelesaikan pembelajaran dengan lebih cepat?

Kesiapan belajar tersebut bukanlah tingkat intelegensi murid, namun lebih pada pengusaan murid tentang hal yang akan dipelajari. Kesiapan belajar tersebut dapat berbeda antara satu materi dengan materi lainnya. Dengan menyelidiki tingkat kesiapan murid tersebut, kita akan dapat mengelompokkan murid dalam kelompok kesiapan belajar yang berbeda.  

Faktor kedua yang dapat dijadikan dasar diferensiasi pembelajaran murid adalah minat murid, yaitu kondisi mental untuk merespon situasi yang menyenangkan bagi diri seorang murid. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid adalah:

  • menciptakan situasi pembelajaran yang menarik seperti dengan humor atau menciptakan kejutan-kejutan.
  • menciptakan konteks pembelajaranterkait minat murid, 
  • mengomunikasikan manfaat materi yang dipelajari dalam keseharian,
  • menciptakan kesempatan murid untuk memecahkan persoalan (problem-based learning).

Terakhir adalah profil belajar murid atau lebih sering kita sebut sebagai gaya belajar. Gaya belajar umum dibedakan menjadi 3 macam yaitu auditori, visual, dan kinestetik. Orang yang memiliki gaya belajar auditori menyukai belajar yang melibatkan indra pendengaran, mereka juga memiliki kecenderungan untuk belajar ditempat yang tenang, karena suara-suara yang tidak berkaitan dengan hal yang dipelajari akan menggangu aktifitas belajar mereka. Gaya belajar visual dimiliki oleh orang-orang yang menyukai sumber belajar berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer.  Sedangkan mereka yang menyukai belajar secara kinestetik memerlukan kegiatan bergerak dan pengalaman taktikal sebagai pengalaman belajar dengan melakukan yang mereka sukai. 

Setiap murid yang kita hadapi dapat memiliki profil belajar yang berbeda-beda, bahkan dapat memiliki perpaduan diantara ketiga gaya belajar tersebut.  Salah satu cara mengetahui faktor kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar tersebut adalah dengan melakukan Pra-Asesmen. Beberapa cara yang dapat dikerjakan untuk melakukan Pra-Asesmen adalah meminta murid mengikuti pre-test,  survei minat, kuis informal, menyusun peta konsep, membuat bagan T-I-B (Apa yang aku Tahu, Ingin tahu, dan telah Belajar), ataupun berdiskusi antara murid dan guru. 

Pembelajaran diferensiasi itu dapat memudahkan murid dalam menyusun pemahamannya tentang materi yang dipelajari karena dapat mengakomodir kebutuhan belajar mereka. Namun bagi guru, memerlukan konsentrasi dan perhatian yang lebih dalam penyelenggaraan pendidikan. Demikian informasi yang dapat saya terkait pembelajaran berdiferensiasi, semoga menginspirasi kita untuk menyelenggarakan pendidikan berdiferensiasi secara berkesinambungan demi pendidikan di Indonesia.