Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia di dasarkan pada pelayanan kepada
murid dengan semangat keberpihakan pada murid. Semangat pembelajaran yang
berpihak pada murid ini selaras dengan filosofi pendidikan gagasan Ki Hajar
Dewantara. Berbagai pandangan penyelenggaraan pelayanan pendidikan dari sudut
pandang Ki Hajar Dewantara ini berfokus pada pembelajaran yang focus pada murid.
Segala tindakan yang diambil dalam pelayanan pendidikan ini selayaknya menjadikan
kebutuhan belajar murid sebagai prioritas utama bagi guru dan penyelenggara Pendidikan.
Pada praktiknya, dalam pelayanan pendidikan seorang pendidik terlebih
pemimpin pembelajaran di sekolah sering dihadapkan kondisi kurang ideal.
Kondisi ini merupakan tantangan yang harus dihadapi kepala sekolah dan perlu
diambil tindakan bijak dalam mengambil keputusan. Tantangan ini dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu bujukan moral dan dilema etika. Kedua hal tersebut
dapat dibedakan berdasarkan nilai kebajikan yang terdapat dalam suatu situasi.
Suatu situasi dapat dikatakan sebagai bujukan moral apabila terdapat dua hal
yang bertentangan, dimana satu pihak memiliki nilai kebenaran dan sisi lain
bernilai salah. Contoh kondisi bujukan moral yang seringkali muncul dalam
kedinasan adalah Ketika pada hari dan jam dinas seorang guru atau aparatur
negara memiliki kepentingan pribadi. Jika dilihat dari kacamata kewajiban
sebagai karyawan, guru memiliki kewajiban hadir di sekolah dan mengajar yang
memiliki nilai kebenaran namun Kegiatan pribadi dari pandangan kedinasan
bernilai salah. Dalam kondisi ini, seorang pemimpin sebaiknya bertindak menurut
hal yanh bernilai kebenaran. Akan tetapi pemimpin juga dapat membuat kebijakan
apabila keperluan pribadi tersebut merupakan hal mendesak dan tidak dapat
diwakilkan kepada orang lain seperti menjaga anak atau orang tua yang sakit,
seorang pemimpin dapat memberikan ijin untuk karyawan tersebut mengambil cuti.
Dilema etika merupakan situasi Dimana seseorang
khususnya pemimpin dihadapkan pada situasi Dimana kedua hal yang akan dihadapi
sama-sama memiliki nilai kebenaran. Sekalipun kedua opsi yang tersaji sama-sama
memiliki nilai moral benar namun kedua hal tersebut saling bertolak belakang.
Situasi dilema etika ini dapat terjadi dalam empat paradigma yaitu individu
lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan,
dan jangka pendek lawan jangka panjang. Salah satu contoh peristiwa yang merupakan
dilema etika adalah ketika seorang pemimpin pembelajaran berada pada posisi
harus memilih antara dinas mengajar di sekolah dengan dinas luar mengikuti
pelatihan sesuai surat tugas yang diberikan oleh Dinas Pendidikan. Pada satu
sisi hadir disekolah untuk mengajar memiliki nilai kebenaran dan mengikuti
pelatihan atas undangan dan surat tugas dari Dinas Pendidikan juga bernilai
benar.
Dalam menghadapi bujukan moral maupun dilema etika
seorang pemimpin dapat mempergunakan tiga prinsip dalam pengambilan keputusan
yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir
berbasis rasa peduli. Untuk pengambilan keputusan yang paling tepat dengan
berbagai kasus bujukan moral dan dilema seorang pemimpin pembelajaran dapat
menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan yaitu mengenali nilai-nilai
yang sering bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam suatu kondisi
yang dihadapi, mengumpulkan fakta yang relevan dengan situasi yang dihadapi
kemudian melakukan pengujian benar salah, menguji paradigma benar lawan benar
lalu melakukan prinsip resolusi, menginvestigasi opsi trilema, baru kemudian
membuat keputusan, melihat lagi keputusan dan merefleksikan.
Mengenali nilai-nilai yang sering bertentangan penting
untuk dilakukan karena kita perlu mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan
memastikan bahwa masalah berkaitan dengan
aspek moral bukan hanya berkhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.
Selanjutnya menentukan siapa yang terlibat artinya jika masalah menyangkut
factor moral, selayaknya semua elemen sekolah merasa terpanggil. Kemudian mengumpulkan
fakta yang relevan yaitu bagaimana hal itu diketahui, apa kejadian
yang mengikutinya, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengungkapkannya.
Pengujian benar atau salah adalah langkah selanjutnya yang harus dilakukan
dengan tiga acara pengujian yaitu uji Intuisi terkait dengan berpikir berbasis
peraturan (Rule-Based Thinking) yaitu menonfirmasi tentang prinsip-prinsip yang
mendalam, atau uji publikasi, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir
(Ends-Based Thinking), dan uji Panutan/Idola berhubungan dengan berpikir
berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking),dengan meletakkan diri berada pada
posisi orang lain. Namun apabila kasus yang dihadapi merupakan kondisi benar lawan
benar yang termasuk dalam dilema etika maka tahap lanjutan yang perlu dilakukan
adalah pengujian benar lawan benar dengan menguji paradigma benar
lawan benar yang terjadi.
Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika dapat
dibedakan menjadi empat kategori yaitu: Individu lawan kelompok (individual vs
community), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan Jangka pendek lawan jangka panjang
(short term vs long term). Paradigma individu lawan kelompok adalah
pertentangan antara individu lawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana
individu ini juga menjadi bagiannya. Paradigma ini, bisa juga berhubungan
dengan konflik antara kepentingan pribadi lawan kepentingan orang lain, atau
kelompok kecil lawan kelompok besar. Paradigma kedua adalah paradigma keadilan
lawan rasa kasihan Dimana seseorang dihadapkan pada pilihan mengikuti aturan
tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk
berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang, atau membuat
pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang. Terkadang memang benar
untuk berpegang teguh pada peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga
tindakan yang benar.
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai
yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita harus memilih antara
jujur atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan
jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai
kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat
sebelumnya. Paradigma jangka pendek lawan jangka Panjang paling sering terjadi
dan mudah diamati. Seringkali kita harus memilih keputusan yang kelihatannya
terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma
ini bisa terjadi pada hal-hal yang setiap harinya terjadi pada kita, atau pada
lingkup yang lebih luas misalnya pada isu-isu dunia secara global, misalnya
lingkungan hidup dan lain lain.
Berikutnya memilih resolusi yang akan dipakai yaitu berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking, berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), ataukah berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking). Lalu melakukan investigasi opsi Trilema yang memunculkan penyelesaian kreatif dan tidak terpikir sebelumnya. Kemudian membuat keputusan dan meninjau kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya yang merupakan Langkah terakhir yaitu lihat lagi keputusan dan refleksikan.
luar biasa ...cara pandang ibu terhadap makna dari dilema etika dan dilema moral.semoga ibu segera menjadi kepala sekolah..amiin
BalasHapusTerima kasih Bapak Kepala Sekolah
HapusKeputusan yang diambil guru sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah, dan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah.
BalasHapusTerima kasih Bu Ayu.
Hapus