Selasa, 22 Oktober 2024

Bujukan Moral vs Dilema Etika


Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia di dasarkan pada pelayanan kepada murid dengan semangat keberpihakan pada murid. Semangat pembelajaran yang berpihak pada murid ini selaras dengan filosofi pendidikan gagasan Ki Hajar Dewantara. Berbagai pandangan penyelenggaraan pelayanan pendidikan dari sudut pandang Ki Hajar Dewantara ini berfokus pada pembelajaran yang focus pada murid. Segala tindakan yang diambil dalam pelayanan pendidikan ini selayaknya menjadikan kebutuhan belajar murid sebagai prioritas utama bagi guru dan penyelenggara Pendidikan.

Pada praktiknya, dalam pelayanan pendidikan seorang pendidik terlebih pemimpin pembelajaran di sekolah sering dihadapkan kondisi kurang ideal. Kondisi ini merupakan tantangan yang harus dihadapi kepala sekolah dan perlu diambil tindakan bijak dalam mengambil keputusan. Tantangan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu bujukan moral dan dilema etika. Kedua hal tersebut dapat dibedakan berdasarkan nilai kebajikan yang terdapat dalam suatu situasi. Suatu situasi dapat dikatakan sebagai bujukan moral apabila terdapat dua hal yang bertentangan, dimana satu pihak memiliki nilai kebenaran dan sisi lain bernilai salah. Contoh kondisi bujukan moral yang seringkali muncul dalam kedinasan adalah Ketika pada hari dan jam dinas seorang guru atau aparatur negara memiliki kepentingan pribadi. Jika dilihat dari kacamata kewajiban sebagai karyawan, guru memiliki kewajiban hadir di sekolah dan mengajar yang memiliki nilai kebenaran namun Kegiatan pribadi dari pandangan kedinasan bernilai salah. Dalam kondisi ini, seorang pemimpin sebaiknya bertindak menurut hal yanh bernilai kebenaran. Akan tetapi pemimpin juga dapat membuat kebijakan apabila keperluan pribadi tersebut merupakan hal mendesak dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain seperti menjaga anak atau orang tua yang sakit, seorang pemimpin dapat memberikan ijin untuk karyawan tersebut mengambil cuti.

Dilema etika merupakan situasi Dimana seseorang khususnya pemimpin dihadapkan pada situasi Dimana kedua hal yang akan dihadapi sama-sama memiliki nilai kebenaran. Sekalipun kedua opsi yang tersaji sama-sama memiliki nilai moral benar namun kedua hal tersebut saling bertolak belakang. Situasi dilema etika ini dapat terjadi dalam empat paradigma yaitu individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka panjang. Salah satu contoh peristiwa yang merupakan dilema etika adalah ketika seorang pemimpin pembelajaran berada pada posisi harus memilih antara dinas mengajar di sekolah dengan dinas luar mengikuti pelatihan sesuai surat tugas yang diberikan oleh Dinas Pendidikan. Pada satu sisi hadir disekolah untuk mengajar memiliki nilai kebenaran dan mengikuti pelatihan atas undangan dan surat tugas dari Dinas Pendidikan juga bernilai benar.

Dalam menghadapi bujukan moral maupun dilema etika seorang pemimpin dapat mempergunakan tiga prinsip dalam pengambilan keputusan yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli. Untuk pengambilan keputusan yang paling tepat dengan berbagai kasus bujukan moral dan dilema seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan yaitu mengenali nilai-nilai yang sering bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam suatu kondisi yang dihadapi, mengumpulkan fakta yang relevan dengan situasi yang dihadapi kemudian melakukan pengujian benar salah, menguji paradigma benar lawan benar lalu melakukan prinsip resolusi, menginvestigasi opsi trilema, baru kemudian membuat keputusan, melihat lagi keputusan dan merefleksikan.

Mengenali nilai-nilai yang sering bertentangan penting untuk dilakukan karena kita perlu mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan memastikan bahwa masalah berkaitan dengan  aspek moral bukan hanya berkhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Selanjutnya menentukan siapa yang terlibat artinya jika masalah menyangkut factor moral, selayaknya semua elemen sekolah merasa terpanggil. Kemudian mengumpulkan fakta yang relevan yaitu bagaimana hal itu diketahui, apa kejadian yang mengikutinya, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengungkapkannya. Pengujian benar atau salah adalah langkah selanjutnya yang harus dilakukan dengan tiga acara pengujian yaitu uji Intuisi terkait dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yaitu menonfirmasi tentang prinsip-prinsip yang mendalam, atau uji publikasi, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), dan uji Panutan/Idola berhubungan dengan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking),dengan meletakkan diri berada pada posisi orang lain. Namun apabila kasus yang dihadapi merupakan kondisi benar lawan benar yang termasuk dalam dilema etika maka tahap lanjutan yang perlu dilakukan adalah pengujian benar lawan benar dengan menguji paradigma benar lawan benar yang terjadi.

Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika dapat dibedakan menjadi empat kategori yaitu: Individu lawan kelompok (individual vs community), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Paradigma individu lawan kelompok adalah pertentangan antara individu lawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Paradigma ini, bisa juga berhubungan dengan konflik antara kepentingan pribadi lawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil lawan kelompok besar. Paradigma kedua adalah paradigma keadilan lawan rasa kasihan Dimana seseorang dihadapkan pada pilihan mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang, atau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang. Terkadang memang benar untuk berpegang teguh pada peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga tindakan yang benar.

Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita harus memilih antara jujur atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. Paradigma jangka pendek lawan jangka Panjang paling sering terjadi dan mudah diamati. Seringkali kita harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi pada hal-hal yang setiap harinya terjadi pada kita, atau pada lingkup yang lebih luas misalnya pada isu-isu dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain lain.

Berikutnya memilih resolusi yang akan dipakai yaitu berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking, berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), ataukah berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking). Lalu melakukan investigasi opsi Trilema yang memunculkan penyelesaian kreatif dan tidak terpikir sebelumnya. Kemudian membuat keputusan dan meninjau kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya yang merupakan Langkah terakhir  yaitu lihat lagi keputusan dan refleksikan.

Selasa, 03 September 2024

Pembelajaran berdiferensiasi Tantangan Guru Kemudahan Murid

Melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid merupakan kalimat yang seringkali kita dengarkan ketika kita mempelajari Kurikulum terbaru yang diselenggarakan di Indonesia. Kurikulum pada awal peluncurannya dikenal dengan Kurikulum Merdeka. Nama kurikulum tersebut menimbulkan berbagai tanya tak hanya dalam kalangan pendidikan, masyarakat umum juga terhenyak mendengar nama kurikulum merdeka yang berbeda dari nama-nama kurikulum sebelumnya. Keberpihakan pada murid merupakan semangat penting yang tidak dapat dipisahkan dengan kurikulum ini.

Keberpihakan pada murid yang dimiliki oleh kurikulum merdeka memunculkan adanya pembelajaran yang menghargai keberagaman murid. Sebagai makhluk hidup yang memiliki keunikan tersendiri manusia memiliki beragam faktor pembeda diantara mereka. Faktor pembeda ini berusaha untuk dihargai dan difasilitasi melalui kurikulum merdeka dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Penghargaan terhadap pembelajaran ini juga termuat dalam profil pelajar yang diharapkan terbentuk seiring dengan berlangsungnya pembelajaran dengan kurikulum merdeka ini. Profil pelajar yang dimaksud adalah profil pelajar Pancasila yang didalamnya terdapat satu profil yang diharapkan dapat terbentuk yaitu berkebinekaan global. Berkebhinekaan global ini mengispirasi pola pengajaran guru untuk menghargai keberagaman dengan menyajikan pembelajaran berdiferensiasi.

Diferensiasi pembelajaran murid ini dapat dilakukan dalam 3 cara yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Diferensiasi konten merupakan cara penyajian pengajaran dengan memberikan bahan belajar bagi murid yang beragam. Keragaman konten misalnya dengan memberi bahan belajar  berupa video pembelajaran, rekaman berita radio, artikel, maupun teks tertulis lain seperti infografis. Diferensiasi proses adalah perbedaan aktivitas belajar murid sesuai dengan perbedaan yang terdapat pada murid. Sedangkan diferensiasi produk adalah fasilitas menampilkan hasil kerja murid dalam beragam media yang sesuai dengan kondisi yang diharapkan murid.

Dalam rangka melakukan diferensiasi pembelajaran, seorang guru hendaknya terlebih dahulu memahami kebutuhan belajar murid. Dalam buku How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom karya Tomlinson (2001) kebutuhan belajar murid dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

  1. Kesiapan belajar (readiness)
  2. Minat murid
  3. Profil belajar murid

Kesiapan belajar murid merupakan kemampuan dasar murid untuk dapat mempelajari materi baru. Dalam mengukur kesiapan murid, kita dapat mengukur dari 6 aspek dengan mengetahui jawaban tentang dari pertanyaan-pertanyaan berikut yaitu 

  1. Apakah murid telah memahami materi yang akan dipelajari atau menganggap materi yang akan dipelajari sebagai materi baru?
  2. Apakah murid masih memerlukan alat bantu konkret atau telah mampu berpikir tentang hal-hal abstrak?
  3. Apakah murid perlu belajar materi yang sederhana atau telah mampu mempelajari materi yang rumit?
  4. Apakah murid masih memerlukan informasi terinci ataukah telah siap mencoba menggunakan ide kreatifnya?
  5. Apakah murid telah mampu mandiri ataukah masih memerlukan pendampingan?
  6. Apakah murid memerlukan waktu lebih lama untuk belajar hal baru ataukah dapat menyelesaikan pembelajaran dengan lebih cepat?

Kesiapan belajar tersebut bukanlah tingkat intelegensi murid, namun lebih pada pengusaan murid tentang hal yang akan dipelajari. Kesiapan belajar tersebut dapat berbeda antara satu materi dengan materi lainnya. Dengan menyelidiki tingkat kesiapan murid tersebut, kita akan dapat mengelompokkan murid dalam kelompok kesiapan belajar yang berbeda.  

Faktor kedua yang dapat dijadikan dasar diferensiasi pembelajaran murid adalah minat murid, yaitu kondisi mental untuk merespon situasi yang menyenangkan bagi diri seorang murid. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid adalah:

  • menciptakan situasi pembelajaran yang menarik seperti dengan humor atau menciptakan kejutan-kejutan.
  • menciptakan konteks pembelajaranterkait minat murid, 
  • mengomunikasikan manfaat materi yang dipelajari dalam keseharian,
  • menciptakan kesempatan murid untuk memecahkan persoalan (problem-based learning).

Terakhir adalah profil belajar murid atau lebih sering kita sebut sebagai gaya belajar. Gaya belajar umum dibedakan menjadi 3 macam yaitu auditori, visual, dan kinestetik. Orang yang memiliki gaya belajar auditori menyukai belajar yang melibatkan indra pendengaran, mereka juga memiliki kecenderungan untuk belajar ditempat yang tenang, karena suara-suara yang tidak berkaitan dengan hal yang dipelajari akan menggangu aktifitas belajar mereka. Gaya belajar visual dimiliki oleh orang-orang yang menyukai sumber belajar berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer.  Sedangkan mereka yang menyukai belajar secara kinestetik memerlukan kegiatan bergerak dan pengalaman taktikal sebagai pengalaman belajar dengan melakukan yang mereka sukai. 

Setiap murid yang kita hadapi dapat memiliki profil belajar yang berbeda-beda, bahkan dapat memiliki perpaduan diantara ketiga gaya belajar tersebut.  Salah satu cara mengetahui faktor kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar tersebut adalah dengan melakukan Pra-Asesmen. Beberapa cara yang dapat dikerjakan untuk melakukan Pra-Asesmen adalah meminta murid mengikuti pre-test,  survei minat, kuis informal, menyusun peta konsep, membuat bagan T-I-B (Apa yang aku Tahu, Ingin tahu, dan telah Belajar), ataupun berdiskusi antara murid dan guru. 

Pembelajaran diferensiasi itu dapat memudahkan murid dalam menyusun pemahamannya tentang materi yang dipelajari karena dapat mengakomodir kebutuhan belajar mereka. Namun bagi guru, memerlukan konsentrasi dan perhatian yang lebih dalam penyelenggaraan pendidikan. Demikian informasi yang dapat saya terkait pembelajaran berdiferensiasi, semoga menginspirasi kita untuk menyelenggarakan pendidikan berdiferensiasi secara berkesinambungan demi pendidikan di Indonesia.  

Selasa, 25 Juni 2024

Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara


Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu tokoh penting dalam perjuangan Bangsa Indonesia. Pendidikan merupakan jalur perjuangan yang dipilih oleh Ki Hajar Dewantara. Perjuangan dalam bidang pendidikan tak dapat dipandang sebelah mata. Perjuangan ini lahir akibat kurangnya kemudahan memperoleh pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia pada awalnya hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan penjajah akan tenaga kerja. Masyarakat Indonesia hanya memperoleh pendidikan ala kadarnya yang membuat mereka terbatas dalam keikutsertaan dalam pemerintahan.

Kondisi miris tersebut, membuka mata Ki Hajar Dewantara untuk tergerak mendirikan Taman Siswa demi membuka akses lebih lebar pada pendidikan. Taman siswa menyelenggarakan pendidikannya menggunakan sistem among. Sistem among tersebut merupakan gagasan dari Ki Hajar Dewantara. Kini, kita mengenal sistem among tersebut dengan "Ing ngarso sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.

Sistem among gagasan Ki Hajar Dewantara tersebut mengamatkan kita para guru untuk mampu menjadi teladan, pembimbing, dan pemberi semangat dalam kegiatan pengajaran yang kita lakukan. Kita harus dapat menjadi contoh baik bagi murid, membersamai proses bertumbuh seorang murid, dan memantau serta memberikan dorongan semangat agar murid dapat berkembang melalui proses pengajaran.

Dalam proses pengajaran, Ki Hajar Dewantara mengibaratkan sebagai suatu usaha pertanian. Pada perumpamaan itu, guru berperan sebagai petani dan murid merupakan benih. Dalam usaha pertanian tersebut, guru berlaku sebagai petani yang bertugas berupaya menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan bagi pertumbuhan terbaik murid. Pertumbuhan yang dimaksud adalah perkembangan pengetahuan dan kemampuan terbaik yang dimiliki oleh murid, dan menekan semaksimal mungkin faktor penghambat pertumbuhan. Pun demikian, hasil dari kegiatan pertanian tersebut bergantung juga terhadap kemampuan dan kemauan benih itu sendiri.

Ki Hajar Dewantara juga mengajarkan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Penyelarasan terhadap kodrat alam penting dilakukan agar pengetahuan yang diperoleh murid sejalan dengan potensi sumber daya maupun kondisi sosio kultural murid. Hal ini perlu agar pengetahuan yang diperoleh murid pada akhirnya mampu mengantarkan mereka mencapai kesuksesan. Potensi atau kondisi murid yang berubah sesuai dengan keadaan sosial dan budaya masyarakat dari waktu ke waktu merupakan cakupan dari kodrat zaman. Kodrat zaman ini menuntut seorang guru mampu menyesuaikan cara dan pendekatan dalam penyajian pendidikan yang dapat diterima dengan mudah oleh murid.

Sebelum memahami filosofi pendidikan yang telah diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara tersebut, saya sering merasa terbebani apabila ada satu atau dua murid yang tidak mampu menguasai pelajaran yang telah saya sajikan. Saya juga memiliki kecenderungan menyajikan proses pengajaran tanpa mempertimbangkan kebergunaan mateei terhadap kelangsungan hidup murid nantinya di masyarakat. Bahkan saya juga sempat memiliki pandangan bahwa belajar tidak memerlukan variasi, saya kurang memperhatikan tentang kebutuhan, kegemaran, dan gaya belajar  murid yang beragam. Akan tetapi dalam hal 3 sistem among Ki Hajar Dewantara, saya telah sering melakukan seperti pemberian teladan bagi murid dalam kedisiplinan, senantiasa membersamai murid belajar, dan menaburkan semangat belajar kepada murid dalam segala kesempatan.

Selanjutnya, saya bertekad untuk menerapkan pembelajaran dengan memperhatikan kesesuaian materi dengan kebutuhan hidup murid dalam kesuksesan kehidupannya kelak, saya juga akan berupaya menyesuaikan cara penyajian hang sesuai dengan perkembangan zaman di bidang teknologi, dan bersungguh-sungguh memyajikan pembelajaran yang terbaik agar murid dapat berkembang sesuai dengan kemampuan terbaiknya.

Rabu, 04 Maret 2020

Membuat Buku Ajar itu Mudah



Narasumber:  Pebi Pebriadi, S.Kom, M.M, M.T (Pendidik di Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, SMK Negeri 2 Tasikmalaya)
Pertemuan kedua puluh, pertemuan yang saya katakan sebagai pertemuan puncak. Pertemuan ini diasuh oleh bapak Pebi Pebriadi. Bapak Pebi membagikan pengalamannya menyusun buku ajar informatika. Buku ajar informatika disusun oleh Bapak Pebi bersama dengan tim ikatan guru TIK PGRI selama 6 bulan. Buku yang disusun adalah buku informatika jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK. Hebatnya, buku ini mendapatkan bantuan dana dari kementerian Komunikasi dan Informatika. Bantuan dana tersebut bermula dari pertemuan tim ikatan guru TIK PGRI dengan Bapak Rudiantara yang menjabat menteri kominfo. Draft buku yang telah disusun, kemudian dikirimkan ke publik dan dibedah. Selain publik, draft buku yang dibuat juga dimintakan pendapat ke pusat perbukuan dan kurikulum untuk mendapat masukan. Masukkan yang diperoleh dari berbagai pihak, menjadi bahan pembenahan buku. Akhirnya usaha tidak menghianati hasil, buku tersebut diterbitkan oleh penerbit mayor yaitu penerbit Andi Yogyakarta. Dengan pengalaman menulis buku tersebut, Bapak Pebi membagikan urutan penulisan bahan ajar. Berikut urutan untuk penulisan bahan ajar:

  1. Judul
  2. Peta Konsep
  3. Kompetensi Inti
  4. Kompetensi Dasar
  5. Tujuan
  6. Materi
  7. Rangkuman
  8. Uji Kompetensi Tulis (PG Min. 10,        Essay Min 5 soal)
  9. Uji Kompetensi Praktik
  10. Uji Kompetensi Semester
  11. Kunci Jawaban
  12. Daftar Pustaka

 Penjelasan dari Bapak Pebi tentang penulisan buku ajar, saya rangkum dalam tulisan berikut:

  1. Buku ajar yang disusun berkisar 30 halaman tiap KD.
  2. Materi yang  dituangkan dalam buku ajar bisa diperoleh dari buku ajar yang disusun oleh penulis lain maupun buku referensi umum.
  3. Buku ajar berbeda dengan LKS. LKS berisi kegiatan pembelajaran yang berisi teori, tanpa ada praktik.
  4. Batasan pengembangan indikator diperoleh dari KD dan disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
  5. Uji kompetensi tulis ini dapat disusun per KD.
  6. Buku ajar, memiliki kemiripan dengan buku modul.
  7. Ilustrasi di dalam buku ajar dapat dibuat dengan bantuan desainer ilustrasi.

Kesimpulan yang diberikan oleh Bapak Pebi adalah membuat buku ajar sangat mudah. Menurutnya yang lebih susah adalah mood menulis, karena berbarengan dengan kesibukan sehari-hari lainnya. Bapak Pebi menyemangati para peserta workshop Belajar Menulis untuk tetap bersemangat menulis dan berupaya menghasilkan minimal 1 buku ajar.

Indinah (resume 20, BM gel 2, 4 Maret 2020)

Selasa, 03 Maret 2020

Rahasia Menyusun Resume Workshop



Narasumber:  Ibu Rosiana Febriyanti (Guru SMAIT Al-Kahfi dan Peserta terbaik gelombang 1 Belajar Menulis Bersama Omjay)
Moderator: Bapak Wijaya Kusuma

Diskusi pada kegiatan belajar menulis gelombang 2 bersama omjay telah memasuki pertemuan ke-19. Narasumber pada forum diskusi kali ini adalah Ibu Rosiana. Ibu Rosiana merupakan tenaga pengajar di SMAIT Al Kahfi. Narasumber merupakan sosok rendah hati, ia mengaku belum memiliki prestasi padahal berbagai karya telah dihasilkannya. Sebuah karya berupa cerpen bahkan telah dihasilkan ketika ia duduk di bangku SMP. Saat menempuh pendidikan di bangku kuliah, ia juga pernah memenangi lomba penulisan cerpen. Lomba ini diadakan oleh lembaga dakwah kampus yang berkerjasama dengan majalah Annida. Cerpennya juga pernah dibacakan di VOI RRI dalam acara bilik sastra. Selain karya dalam bentuk cerpen, ibu Rosiana juga gemar mengabadikan karyanya dalam bentuk buku antologi. Pengalaman berkesan pernah diperoleh Ibu Rosiana ketika bukunya yang berjudul “Ranger Fadil”, diterbitkan oleh penerbit Laksana Kids. Buku ini diterbitkan pada tahun 2015 dengan sistem jual putus.
Setelah lama tidak menelurkan karya, pada tahun 2019 ia kembali menghasilkan buku antologi bersama siswanya. Buku tersebut diberi judul “Es Krim Merah Jambu”. Buku yang menurut saya menarik dan dikemas manis dengan warna merah jambu, sesuai judulnya. Selain gemar menulis cerpen, Ibu Rosiana ternyata juga memiliki karya tulis dibidang sejarah. Karya dalam bidang sejarah itu, terbit melalui media daring “republika.co.id”. Karya lain dibidang keilmuan yang dihasilkan oleh Ibu Rosiana adalah tulisan tentang pilihan kata. Tulisan ini dimuat dalam website balai bahasa Jawa Barat: http://balaibahasajabar.web.id.
Dengan berbagai pengalaman tersebut, tidak mengherankan jika Ibu Rosiana menjadi peserta terbaik dalam kegiatan “Belajar Menulis Gelombang 1” bersama omjay. Pencapaian Ibu Rosiana sebagai peserta terbaik “Belajar Menulis Gelombang 1”, membuatnya memperoleh hadiah kejutan dari KSGN. Selain hadiah kejutan, Ibu Rosiana juga didaulat menjadi narasumber pada Belajar Menulis gelombang 2 malam ini. Sebagai narasumber, Ibu Rosiana membagikan tips membuat resume pada suatu kegiatan workshop. Berikut tips menyusun resume workshop ala Ibu Rosiana:
  1. Melakukan persiapan. Persiapan penting dilakukan untuk mengurangi gangguan saat mengikuti kegiatan workshop. Gangguan ini perlu diminimalisir agar mendapatkan konsentrasi saat mengikuti workshop.
  2. Mencatat hal-hal yang mendetail pada bagian atas catatan. Hal detail yang perlu dicatat anlara lain: hari, tanggal, tema, dan narasumber.
  3. Menggunakan kata yang mudah dipahami. Maksudnya, kita dapat mebuat simbul atau singkatan sendiri agar lebih mudah dan cepat dalam membuat catatan.
  4. Menulis kata kunci jika materi disampaikan oleh narasumber melalui pesan suara.
  5. Berupaya menjadi pendengar yang aktif juga penting untuk dilakukan.
  6. Mencatat sesegera mungkin. Catatan tersebut tidak harus rapi, yang terpenting kita masih dapat membacanya.
  7. Merangkai pokok pembicaraan dalam kalimat menjadi sebuah paragraf yang runtut dan padu. Kalimat yang dipergunakan sebaiknya sederhana dan berurutan.
  8. Mengubah kalimat langsung menjadi tidak langsung juga diijinkan dalam membuat resume. Namun pengubahan bentuk kalimat tersebut tidak mengubah tujuan kalimat.

Pembuatan resume dengan tips yang disajikan oleh Ibu Rosiana tersebut juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi. Salah satu aplikasi yang menurut Ibu Rosiana sangat membantu aktifitasnya membuat resume workshop adalah Writer Plus. Aplikasi tersebut dipelajari oleh Ibu Rosiana dari Ibu Melni, saat mengikuti kegiatan belajar menulis gelombang 1 bersama omjay. Workshop belajar menulis bersama omjay ini memberikan pengalaman yang berkesan bagi Ibu Rosiana. Workshop ini diikuti oleh Ibu Rosiana dengan motivasi, untuk menjaga konsistensi menulis setiap hari. Sebuah motivasi yang layak untuk kita tiru. Setiap narasumber yang dihadirkan oleh omjay, memberikan materi dengan sisi menarik masing-masing. Materi tersebut lantas dituangkannya dalam bentuk tulisan dan diunggah ke dalam blog pribadinya: http://rosianafebriyanti.blogspot.com. Agar tulisan dan tampilan dalam blog lebih menarik, Ibu Rosiana memiliki trik khusus. Trik khusus itu adalah dengan memberikan gambar ilustrasi. Ilustrasi tersebut dapat diperoleh dari mengambil cetak layar dari profil media sosial narasumber workshop. Satu trik baru, yang belum terpikirkan oleh saya. Trik tersebut saya terapkan dalam resume saya kali ini. Terima kasih Ibu Rosiana.
Demikian tips menyusun resume workshop dan membuat tampilan tulisan blog menjadi lebih menarik ala Ibu Rosiana. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Indinah (resume 19, BM gel 2, 2 Maret 2020)

Minggu, 01 Maret 2020

Menjadi Youtuber itu Asyik

Belajar Bersama Paman APiQ (Bapak Agus Nggermanto)

Bapak Agus Nggermanto merupakan lulusan Teknik Elektro ITB dengan berbagai kesibukan. Beberapa kegiatan dilakoninya antara lain sebagai youtuber, blogger, teacher, dan juga author. Sebagai teacher beliau mengelola kursus matematika yang diberi nama APiQ yang merupakan akronim dari Aritmatika Plus Intelegensi Quantum. Lembaga ini didirikan dalam rangka pengamalan ilmunya di bidang matematika. Kegemarannya menularkan ilmu matematika dilanjutkan dengan membuat kanal Youtube. Kanal youtube ini membuatnya terkenal sebagai youtuber dengan sebutan paman APiQ dikalangan peserta didik.
Pada forum diskusi malam ini Bapak Agus yang nyaman disebut sebagai paman APiQ mengenalkan tentang bagaimana menjadi seorang youtuber. Paman APiQ memberikan 3 cara sederhana untuk menjadi seorang youtuber yakni:

  1. Motivasi jangka panjang
  2. Gunakan HP saja
  3. Upload ke youtube.
Paman APiQ menjelaskan langkah awal menjadi youtuber adalah mencoba membuat video 1 menit kemudian mengunggah ke youtube. Langkah yang sederhana ini jugalah yang dilakukan paman APiQ pada saat awal memulai sebagai youtuber. Pengalaman pertama paman APiQ sebagai youtuber adalah mengunggah video singkat ketika anak-anaknya sedang bermain. Saat awal ini, paman APiQ mengaku tidak mempersiapkan konsep apapun. Konsep pembuatan video barulah dipikirkannya kemudian hari. Setelah video yang telah memiliki konsep tertentu tadi diupload, seorang youtuber dapat melihat respon dari pemirsa video. Dalam pembuatan video dengan tambahan musik, paman APiQ menyarankan untuk menggunakan musik yang disediakan oleh youtube demi keamanan.
Berikutnya paman APiQ membagikan resep agar sebuah kanal youtube dapat memiliki banyak subscribe dari penonton. Resep tersebut adalah:

  1. Membuat video dengan kualitas yang optimal
  2. Memilih konten yang dibutuhkan penonton dan
  3. Lakukan perbaikan video dan konten berikutnya
Tips berikutnya yang dibagikan oleh aman APiQ adalah pembuatan judul. Judul video youtube yang kita buat harus mudah diketemukan. Caranya melakukan riset sederhana dengan menuliskan kata tertentu dan gunakan judul yang paling banyak dicari atau sudah banyak dipergunakan. Hal terakhir yang harus dilakukan seorang youtuber adalah konsisten improvement. Maksudnya, seorang youtuber dituntut menemukan cara meningkatkan kualitas video dengan persiapan dan editing.
Dari pertanyaan peserta diskusi, paman APiQ menjabarkan syarat sebuah kanal youtube mampu menghasilkan dolar. Syarat tersebut adalah:

  1. Minimal memiliki 1000 subscriber  
  2. Memiliki jam tayang 4000 jam dalam setahun terakhir
  3. Dan yang terakhir disetujui.
Agar subscriber terus bertambah, seorang youtuber harus mampu menambah video yang diupload setiap hari. Karena harus setiap hari, maka gunakan HP sebagai alat pembuat video yang mudah dan murah. Agar penonton juga dapat menjadi subscriber, kita harus membuat video yang dibutuhkan oleh penonton meskipun banyak video lain yang serupa. Ide konten youtube dapat diperoleh juga dari isu yang sedang berkembang.
Sebuah video youtube yang baik adalah video dengan durasi tidak terlalu panjang. Video youtube dikatakan tidak terlalu panjang jika memiliki durasi antara 3 sampai 5 menit. Video yang terlalu panjang dapat menimbulkan kebosanan pada penonton, sehingga video yang panjang sebaiknya dibagi dalam beberapa seri. Penamaan kanal youtube memiliki peranan yang tak kalah pentingnya dalam menunjang kesuksesan seorang youtuber. Nama kanal youtube sebaiknya mempertimbangkan kemudahan penulisan dan juga memiliki keunikan.
Diakhir sesi diskusi kali ini paman APiQ menutup dengan kesimpulan:

  1. Mulai saja upload video,
  2. perbaiki dengan konsisten, dan
  3. tips trik secara lengkap dapat di baca melalui alamat: https://pamanapiq.com/youtuber/
Nah dengan semangat yang ditularkan paman APiQ, mari kita mulai menjadi “youtuber”.

Indinah (resume 18, BM gel 2, 29 Pebruari 2020)

Jumat, 28 Februari 2020

Pentingya Menyunting

Narasumber: Bapak Much. Khoiri

Pemateri diskusi kali ini adalah seorang dosen menulis kreatif yang luar biasa. Dikatakan luar biasa karena narasumber ini mampu menghasilkan 43 buku. Selain itu, narasumber juga seorang editor naskah. Narasumber menjelaskan bahwa setelah sebuah naskah disusun, tugas seorang penulis belumlah usai. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan penyuntingan. Kemudian muncul pertanyaan “Bagaimana cara menyunting?”
Narasumber kita membagikan kiatnya dalam uraian berikut: 
Pertama baca ulang draf tulisan. Proses membaca ulang ini dapat dilakukan dalam 2 hingga 3 kali ulangan. Dalam membaca ulang draf, seorang penyunting naskah harus bersifat obyektif. Kedua, temukan kekurangan dan kelebihan naskah. Kelebihan dan kekurangan yang dapat dicermati adalah ide, pengorganisasian, dan penggunaan bahasa. Berikutnya tambahkan variasi, penekanan, koherensi, transisi dan rincian dalam naskah yang disunting.Kemudian kurangi kalimat yang bertele-tele, kurang relevan dan tidak konsisten dalam naskah.Tahap berikutnya adalah jika bahasan yang terdapat dalam naskah masih kurang luas atau dalam, maka sisipkan ide tambahan. Ide tambahan yang dimaksud seperti contoh atau kutipan. Sebaliknya, jika naskah terlalu banyak contoh atau rinci, lakukan seleksi contoh yang paling sesuai. Contoh di dalam naskah juga dapat diganti dengan yang lebih sesuai. Kemudian lakukan mengorganisasikan ide. Pastikan naskah yang disunting memiliki bagian pembuka, penjelasan yang berimbang dan penutup yang berkesan. Selanjutnya periksalah keruntutan ide di dalam naskah dan perpaduan ide secara menyeluruh. Lakukan pula pembenahan bahasa. Satu kalimat umumnya terdapat unsur “Subyek” dan “Predikat”. Berikutnya cermati pemilihan kata sehingga penggunaannya di dalam kalimat menjadi efektif. Terakhir, benahilah penulisan ejaan, tanda baca dan tata tulis.
Suatu proses penyuntingan dikatakan berhasil jika pesan dari penulis dapat sampai kepada pembaca. Namun demikian, seorang penyunting naskah tidak berhak merubah maksud dan isi naskah. Terlebih jika naskah yang disunting merupakan hasil karya orang lain. Menilik pentingnya menyunting naskah, narasumber kita menyarankan agar seorang penulis juga harus belajar menyunting naskah. 
Tetapi jika proses penyuntingan dapat menghambat gairah menulis seorang pemula, penyuntingan dapat diwakilkan kepada ahlinya yaitu tim penyunting. Sebuah tim penyunting dapat terdiri atas dua lapis. Lapis pertama betugas mengedit konten, organisasi dan bahasa secara umum. Tim lapis pertama ini lazim dengan sebutan lapis kasar. Setelah melalui penyuntingan kasar, naskah dapat dilakukan finalisasi oleh tim lapis kedua atau tim lapis halus.
Sebagai tim penyunting, narasumber kita memiliki pengalaman menarik. Narasumber pernah mendapati naskah rumit, yang dalam 1 paragraf hanya terdiri atas 1 kalimat. Pengalaman lain dalam menyunting naskah yang juga sulit dilupakan oleh narasumber adalah menyunting naskah dengan bahasa “menggemaskan”. Narasumber menyebut menggemaskan karena bahasa yang dipergunakan kurang baku.
Tantangan lain seorang penyunting adalah saat melakukan penyuntingan naskah puisi. Menurut narasumber, menyunting puisi memiliki aturan tersendiri. Aturan tersebut antara lain aturan rima, ritma, majas dan simbul. Narasumber menjelaskan bahwa menulis puisi bukan berarti menulis kata-kata berbunga-bunga, melainkan kata penuh makna.
Secara ringkas, narasumber menegaskan 3 tahapan menyunting yaitu:
  1. Membaca seluruh konten
  2. Melakukan review, dan
  3. Menandai bagian yang perlu ditata kembali.
Diskusi kali ini ditutup oleh narasumber dengan sebuah harapan agar bahasan seni menyunting ini dapat memberikan manfaat bagi semua peserta diskusi.

Indinah (resume 17, BM gel 2, 27 Pebruari 2020)