Jumat, 28 Februari 2020

Pentingya Menyunting

Narasumber: Bapak Much. Khoiri

Pemateri diskusi kali ini adalah seorang dosen menulis kreatif yang luar biasa. Dikatakan luar biasa karena narasumber ini mampu menghasilkan 43 buku. Selain itu, narasumber juga seorang editor naskah. Narasumber menjelaskan bahwa setelah sebuah naskah disusun, tugas seorang penulis belumlah usai. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan penyuntingan. Kemudian muncul pertanyaan “Bagaimana cara menyunting?”
Narasumber kita membagikan kiatnya dalam uraian berikut: 
Pertama baca ulang draf tulisan. Proses membaca ulang ini dapat dilakukan dalam 2 hingga 3 kali ulangan. Dalam membaca ulang draf, seorang penyunting naskah harus bersifat obyektif. Kedua, temukan kekurangan dan kelebihan naskah. Kelebihan dan kekurangan yang dapat dicermati adalah ide, pengorganisasian, dan penggunaan bahasa. Berikutnya tambahkan variasi, penekanan, koherensi, transisi dan rincian dalam naskah yang disunting.Kemudian kurangi kalimat yang bertele-tele, kurang relevan dan tidak konsisten dalam naskah.Tahap berikutnya adalah jika bahasan yang terdapat dalam naskah masih kurang luas atau dalam, maka sisipkan ide tambahan. Ide tambahan yang dimaksud seperti contoh atau kutipan. Sebaliknya, jika naskah terlalu banyak contoh atau rinci, lakukan seleksi contoh yang paling sesuai. Contoh di dalam naskah juga dapat diganti dengan yang lebih sesuai. Kemudian lakukan mengorganisasikan ide. Pastikan naskah yang disunting memiliki bagian pembuka, penjelasan yang berimbang dan penutup yang berkesan. Selanjutnya periksalah keruntutan ide di dalam naskah dan perpaduan ide secara menyeluruh. Lakukan pula pembenahan bahasa. Satu kalimat umumnya terdapat unsur “Subyek” dan “Predikat”. Berikutnya cermati pemilihan kata sehingga penggunaannya di dalam kalimat menjadi efektif. Terakhir, benahilah penulisan ejaan, tanda baca dan tata tulis.
Suatu proses penyuntingan dikatakan berhasil jika pesan dari penulis dapat sampai kepada pembaca. Namun demikian, seorang penyunting naskah tidak berhak merubah maksud dan isi naskah. Terlebih jika naskah yang disunting merupakan hasil karya orang lain. Menilik pentingnya menyunting naskah, narasumber kita menyarankan agar seorang penulis juga harus belajar menyunting naskah. 
Tetapi jika proses penyuntingan dapat menghambat gairah menulis seorang pemula, penyuntingan dapat diwakilkan kepada ahlinya yaitu tim penyunting. Sebuah tim penyunting dapat terdiri atas dua lapis. Lapis pertama betugas mengedit konten, organisasi dan bahasa secara umum. Tim lapis pertama ini lazim dengan sebutan lapis kasar. Setelah melalui penyuntingan kasar, naskah dapat dilakukan finalisasi oleh tim lapis kedua atau tim lapis halus.
Sebagai tim penyunting, narasumber kita memiliki pengalaman menarik. Narasumber pernah mendapati naskah rumit, yang dalam 1 paragraf hanya terdiri atas 1 kalimat. Pengalaman lain dalam menyunting naskah yang juga sulit dilupakan oleh narasumber adalah menyunting naskah dengan bahasa “menggemaskan”. Narasumber menyebut menggemaskan karena bahasa yang dipergunakan kurang baku.
Tantangan lain seorang penyunting adalah saat melakukan penyuntingan naskah puisi. Menurut narasumber, menyunting puisi memiliki aturan tersendiri. Aturan tersebut antara lain aturan rima, ritma, majas dan simbul. Narasumber menjelaskan bahwa menulis puisi bukan berarti menulis kata-kata berbunga-bunga, melainkan kata penuh makna.
Secara ringkas, narasumber menegaskan 3 tahapan menyunting yaitu:
  1. Membaca seluruh konten
  2. Melakukan review, dan
  3. Menandai bagian yang perlu ditata kembali.
Diskusi kali ini ditutup oleh narasumber dengan sebuah harapan agar bahasan seni menyunting ini dapat memberikan manfaat bagi semua peserta diskusi.

Indinah (resume 17, BM gel 2, 27 Pebruari 2020)



1 komentar:

  1. Mantap. Lanjutkan.
    Silakan berkunjung ke http://rosianafebriyanti.blogspot.com/2020/03/rosianafe-berbagi-tips-menulis-resume-2.html

    BalasHapus