Jumat, 28 Februari 2020

Pentingya Menyunting

Narasumber: Bapak Much. Khoiri

Pemateri diskusi kali ini adalah seorang dosen menulis kreatif yang luar biasa. Dikatakan luar biasa karena narasumber ini mampu menghasilkan 43 buku. Selain itu, narasumber juga seorang editor naskah. Narasumber menjelaskan bahwa setelah sebuah naskah disusun, tugas seorang penulis belumlah usai. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan penyuntingan. Kemudian muncul pertanyaan “Bagaimana cara menyunting?”
Narasumber kita membagikan kiatnya dalam uraian berikut: 
Pertama baca ulang draf tulisan. Proses membaca ulang ini dapat dilakukan dalam 2 hingga 3 kali ulangan. Dalam membaca ulang draf, seorang penyunting naskah harus bersifat obyektif. Kedua, temukan kekurangan dan kelebihan naskah. Kelebihan dan kekurangan yang dapat dicermati adalah ide, pengorganisasian, dan penggunaan bahasa. Berikutnya tambahkan variasi, penekanan, koherensi, transisi dan rincian dalam naskah yang disunting.Kemudian kurangi kalimat yang bertele-tele, kurang relevan dan tidak konsisten dalam naskah.Tahap berikutnya adalah jika bahasan yang terdapat dalam naskah masih kurang luas atau dalam, maka sisipkan ide tambahan. Ide tambahan yang dimaksud seperti contoh atau kutipan. Sebaliknya, jika naskah terlalu banyak contoh atau rinci, lakukan seleksi contoh yang paling sesuai. Contoh di dalam naskah juga dapat diganti dengan yang lebih sesuai. Kemudian lakukan mengorganisasikan ide. Pastikan naskah yang disunting memiliki bagian pembuka, penjelasan yang berimbang dan penutup yang berkesan. Selanjutnya periksalah keruntutan ide di dalam naskah dan perpaduan ide secara menyeluruh. Lakukan pula pembenahan bahasa. Satu kalimat umumnya terdapat unsur “Subyek” dan “Predikat”. Berikutnya cermati pemilihan kata sehingga penggunaannya di dalam kalimat menjadi efektif. Terakhir, benahilah penulisan ejaan, tanda baca dan tata tulis.
Suatu proses penyuntingan dikatakan berhasil jika pesan dari penulis dapat sampai kepada pembaca. Namun demikian, seorang penyunting naskah tidak berhak merubah maksud dan isi naskah. Terlebih jika naskah yang disunting merupakan hasil karya orang lain. Menilik pentingnya menyunting naskah, narasumber kita menyarankan agar seorang penulis juga harus belajar menyunting naskah. 
Tetapi jika proses penyuntingan dapat menghambat gairah menulis seorang pemula, penyuntingan dapat diwakilkan kepada ahlinya yaitu tim penyunting. Sebuah tim penyunting dapat terdiri atas dua lapis. Lapis pertama betugas mengedit konten, organisasi dan bahasa secara umum. Tim lapis pertama ini lazim dengan sebutan lapis kasar. Setelah melalui penyuntingan kasar, naskah dapat dilakukan finalisasi oleh tim lapis kedua atau tim lapis halus.
Sebagai tim penyunting, narasumber kita memiliki pengalaman menarik. Narasumber pernah mendapati naskah rumit, yang dalam 1 paragraf hanya terdiri atas 1 kalimat. Pengalaman lain dalam menyunting naskah yang juga sulit dilupakan oleh narasumber adalah menyunting naskah dengan bahasa “menggemaskan”. Narasumber menyebut menggemaskan karena bahasa yang dipergunakan kurang baku.
Tantangan lain seorang penyunting adalah saat melakukan penyuntingan naskah puisi. Menurut narasumber, menyunting puisi memiliki aturan tersendiri. Aturan tersebut antara lain aturan rima, ritma, majas dan simbul. Narasumber menjelaskan bahwa menulis puisi bukan berarti menulis kata-kata berbunga-bunga, melainkan kata penuh makna.
Secara ringkas, narasumber menegaskan 3 tahapan menyunting yaitu:
  1. Membaca seluruh konten
  2. Melakukan review, dan
  3. Menandai bagian yang perlu ditata kembali.
Diskusi kali ini ditutup oleh narasumber dengan sebuah harapan agar bahasan seni menyunting ini dapat memberikan manfaat bagi semua peserta diskusi.

Indinah (resume 17, BM gel 2, 27 Pebruari 2020)



Rabu, 26 Februari 2020

Best Practice Lebih Mudah dari PTK

Pemateri: Bapak Asep Suparman, M.Pd (Kepala Sekolah Berprestasi Berkat Literasi)
Pemateri kali ini seorang Kapala SMK berprestasi berasal dari Rejang Lebong. Mengenal sepak terjang kepala sekolah yang satu ini membuat saya berdecak kagum. Tanggung jawab sebagai kepala SMK yang disandang tidak membuatnya lantas tenggelam dalam rutinitas tugas mengelola sekolah. Pemateri juga aktif sebagai sekretaris PGRI di Kabupaten Rejang Lebong. Sebelum menularkan ilmunya dalam menulis karya andalannya, beliau sempat menceritakan kegiatan hari ini. Pemateri kita menceritakan tentang pendampingan yang dilakukannya dalam membela seorang guru yang mengalami tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang tua siswa.
Dengan mengenalkan gaya menulisnya, pemateri membuat penegasan bahwa menulis itu mengasyikkan dan dapat dilakukan di sela-sela kegiatan. Pemateri menyarankan untuk menuliskan apa yang kita kerjakan dalam keseharian. Kegiatan menulis yang dialkukan oleh pemateri diawali dengan keikutsertaannya dalam lomba menulis yang diadakan oleh Dirjen GTK Kemdikbud yang digelar secara rutin setiap tahun.
Kegemaran narasumber mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Kemdikbud dibuktikan dari keikutsertaanya dalam: Lomba Guru Berprestasi, Lomba menulis Best Practice dan masih banyak lagi. Dari lomba yang diikuti tersebut, beberapa prestasi yang berhasil diraih pemateri adalah sebagai finalis guru SMK berprestasi tingkat nasional pada tahun 2012, menjadi juara 2 lomba best practice Kepala Sekolah Tingkat nasional di tahun 2018, dan pada tahun 2019 menjadi juara ke-3 menulis buku non-fiksi tingkat nasional.
Karya paling berkesan yang dimiliki oleh pemateri adalah sebuah buku yang berasal dari pengembangan karya best practice-nya. Karya tersebut diberi judul “Pasir menjadi Mutiara”. Buku ini menceritakan tentang perjuangan pemateri kita dalam menghasilkan tamatan mumpuni yang bermutu tinggi. Tantangan besar yang dihadapi pemateri dalam melahirkan tamatan berkualitas ini bukanlah hal yang mudah. Tantangan terbesar yang dihadapinya adalah input siswa yang kurang mendukung untuk menghasilkan tamatan berkualitas. Pengalaman menulis best practice ini, menjadikan pemateri memiliki pengalaman yang baik dalam menulis sebuah karya best practice.
Beberapa tips yang diberikan oleh pemteri dalam membuat best practice saya tuangkan dalam rangkuman berikut:

  1. Carilah masalah yang akan diangkat
  2. Lakukan inovasi untuk memecahkan masalah tersebut secara kontinyu dan dokumentasikan
  3. Jika inovasi yang sudah dilakukan membuahkan hasil, baru dilanjutkan dengan menyusun tulisan sesuai dengan aturan sistematika best practice
  4. Agar tulisan best practice menjadi menarik, buatlah judul yang memancing keingintahuan pembaca yang oleh pemateri disebut sebagai judul yang “seksi”
Pemateri pada kegiatan belajar malam ini menyemangati saya dengan menyebutkan bahwa menulis best practice lebih mudah dibandingkan menulis Penelitian Tindakan Kelas karena best practice lebih sederhana. Pemateri mengajak untuk mencermati lingkungan sekolah dan menemukan masalah yang ada dengan latar belakang tertentu. Setelah diketemukan suatu masalah, kita dapat mencari solusi yang jitu dalam menghadapinya. Kegiatan itu kita kenal dengan istilah ”Problem Solving”.
Gambaran sistematika sederhana sebuah karya “best practice”, diuraikan oleh pemateri dalam ringkasan berikut:

  1. Bab I Pendahuluan
  2. Bab II Tinjauan Pustaka
  3. Bab III Metode. disinilah perbedaan antara best practice dengan PTK nampak jelas. Metode yang dituliskan dalam sebuah naskah best practice tidak serumit yang terdapat pada PTK. Pada best practice penulis hanya perlu menyiapkan instrumen dan prosedur penyelesaian masalah yang ditemukan.
  4. Bab IV Hasil dan Pembahasan
  5. Bab V Kesimpulan, dan terakhir adalah bagian
  6. Daftar Pustaka

Penegasan yang diberikan pemateri adalah waktu penulisan best practice yang memiliki kecenderungan lebih lama dibanding PTK karena merupakan praktek terbaik yang dilakukan guru. Namun demikian best practice tidak perlu diujikan kepada ahli tertentu sepanjang guru telah menguasai metode pelaksanaan dan penulisan best practice.
Kesimpulan penting yang disajikan pemateri di akhir pertemuan adalah:
  1. Setiap orang bisa menulis, khususnya menulis best practice
  2. Best practice merupakan pengalaman/ praktik terbaik yang dilakukan secara kontinyu dalam upaya problem solving yang ada di sekolah
  3. Yang terpenting dalam pelaksanaan best practice adalah seberapa besar dampak positif yang terjadi
  4. Harus terdapat perbedaan hasil dari sebelum dan sesudah inovasi dengan best practice
  5. Pembuatan judul harus menarik dan berhubungan dengan isi yang dituliskan dalam best practice

Semoga beberapa tips dan trik menulis “best practice” ini dapat menginspirasi munculnya penerapan problem solving dalam kegiatan pembelajaran kita.

Indinah (resume 16, BM gel 2, 24 Pebruari 2020)


Menulis Online sebagai Eksistensi di Dunia Maya

Pemateri: Bapak Wijaya Kusuma
Pertemuan malam ini di kelas belajar menulis gelombang kedua kembali diisi oleh Bapak Wijaya Kusuma sebagai penggagas kegiatan belajar menulis ini. Bapak Wijaya Kusuma menceritakan bahwa kegiatan menulis secara online telah mengantarkannya berkeliling Indonesia. Seperti kegiatannya hari ini yang telah bertemu dengan rektor di salah satu perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur dan seorang kawan yang merupakan pengurus PGRI pada kongres PGRI yang dihadirinya. Pertemuan ini telah menelurkan nota kesepahaman (MOU) antara mereka yang isinya kesepakatan melakukan pelatihan e-learning.  Ide ini digagas oleh seorang pakar e-learning Indonesia yaitu Bapak Onno Widodo Purbo.
Bapak Onno Widodo Purbo merupakan ahli e-learning yang membangun server e-learning untuk rakyat. Bapak Onno juga menjabat sebagai salah satu pembina ikatan guru TIK PGRI. Pak Onno banyak memberikan masukkan kepada anggota ikatan guru TIK untuk berupaya mengembalikan TIK sebagai mata pelajaran di sekolah. Perjuang terus menerus digaungkan oleh guru TIK, agar TIK tidak digantikan oleh Prakarya. Perjuangan mengembalikan TIK sebagai mata pelajaran di sekolah dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang dilakukan oleh narasumber adalah langsung kepada Menteri Pendidikan kala itu yang kala itu dijabat Bapak Muhajir Effendy dan melalui media online. Perjuangan melalui media online dilakukan melalui tulisan-tulisannya.
Saat memperjuangkan nasib guru TIK inilah narasumber kita merasakan dasyatnya kekuatan kata-kata. Dari 7 orang guru yang siap menemui mendikbud, guru TIK se Indonesia tergerak untuk ikut menyampaikan aspirasinya. Kekuatan tulisan melalui media online juga dirasakan oleh narasumber kita, ketika hasil tulisannya membuahkan undangan makan siang bersama prosiden Joko Widodo. Tulisan tersebut merupakan hasilnya bersama teman-teman blogger yang diunggah melalui kompasiana. Dari situ, narasumber terus memperjuangkan untuk merubah paradigma masyarakat khususnya guru dari download menjadi upload.
Narasumber menggambarkan bahwa menulis melalui blog merupakan alat rekam ajaib. Keajaiban alat rekam ini akan terasa saat kita mengelola sebuah blog pribadi. Memiliki blog sendiri memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan menulis pada blog bersama. Blog yang kita kelola sendiri akan memberikan kebebasan dalam pengelolaan. Blog pribadi dapat dibuat dengan melalui blogger.com atau wordpress.com. Narasumber juga menyarankan pemula yang ingin belajar mengelola blog bisa mencoba menggunakan blog gratis terlebih dahulu. Jika telah mahir dalam pengeloaan sebuah blog, barulah mencoba pengelolaan pada blog berbayar.
Ibu Rosiana Febriyanti sebagai salah seorang anggota komunitas belajar ini misalnya telah mengelola blognya dengan baik hingga membuahkan banyak hadiah kejutan. Hadiah yang diperolehnya berasal dari komunitas sejuta guru ngeblog (KSGN). Manfaat lain menjadi seorang yang aktif menulis di dunia maya adalah orang ramai jadi mengenal kita melalui tulisan-tulisan kita yang telah mereka baca.
Kesimpulan yang disampaikan oleh narasumber kita pada akhir sesi ini adalah “menulis online sangat membantu kita untuk lebih eksis dalam menulis. Tulisan kita juga banyak dibaca orang apabila kita menuliskan sesuatu yang informatif dan menarik”
Demikianlah resume kegiatan malam ini, semoga menjadi “lecutan” semangat bagi kita untuk berpartisipasi dalam dunia kepenulisan.

Indinah (resume 15, BM gel 2, 23 Pebruari 2020)

Kamis, 20 Februari 2020

Belajar Menulis dengan Writer Plus


Pemateri: Ibu Melni, Moderator: Ibu Hidmi Gramatolina Ramdhayani
Narasumber pada malam ini Ibu Melni. Pelajaran berharga yang saya peroleh pada diskusi malam ini adalah berkenalan dengan aplikasi Writer Plus dan merupakan ilmu baru bagi saya. Aplikasi ini dapat digunakan untuk mempermudah menulis. Narasumber mendeskripsikan bahwa writer plus adalah aplikasi penulisan tanpa gangguan dan gangguan dari pengolah kata tradisional. kegunaan aplikasi ini untuk menulis catatan ataupun konsep di ponsel atau tablet. Kelebihan yang saya rasakan dalam mencoba menggunakan, aplikasi ini mampu mengubah rekaman suara menjadi bentuk teks. Dengan bantuan aplikasi ini, saya dapat menyimpan gagasan yang muncul sewaktu-waktu dan menyimpannya dalam bentuk teks. Hebatnya lagi, teks yang tertulis dapat dibagikan dalam berbagai bentuk file melalui berbagai pilihan aplikasi.
Untuk memulai menggunakan aplikasi Writer Plus, kita bisa melakukan download aplikasi tersebut melalui Playstore. Aplikasi ini tergolong aplikasi ringan dan mudah digunakan. Aplikasi ini disebut ringan karena waktu yang dibutuhkan untuk melakukan aplikasi ini cukup singkat dan hanya menggunakan 2,75 MB dalam penyimpanan internal pada gawai kita. Aplikasi ini pun mudah digunakan dengan menu yang sederhana dan kemampuannya menuangkan rekaman suara menjadi bentuk teks. Kemampuan merubah rekaman suara menjadi teks inilah yang paling saya sukai.
Cara membuat catatan melalui rekaman suara dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  1. Buka aplikasi writer plus yang sudah terinstal
  2. Klik tanda tambah berwarna hijau yang terdapat pada bagian sudut kanan bawah
  3. Klik gambar mikrophone di bagian atas keyboard yang muncul
  4. Ucapkan kata-kata yang ingin direkam selagi mikrophon masih berwarna hijau
  5. Setelah muncul teks, tekan tanda silang di sebelah kanan gambar mikrophon
  6. Hilangkan keyboard pada layar gawai dengan menekan tanda panah di bagian paling bawah sebelah kanan
  7. Lanjutkan tekan tanda panah disebelah kiri atas, kemudian kita bisa lihat hasil catatan yang berasal dari hasil rekaman suara kita
Pelajaran berikutnya yang saya peroleh adalah bagaimana cara membagikan hasil catatan kita pada writer Plus. Berikut caranya:
  1. Buka aplikasi Writer Plus, kemudian pilih teks yang akan dibagikan
  2. Lalu klik tanda titik tiga kemudian pilih menu yang ingin dipilih, dalam hal ini pilihlah “share”
  3. Selanjutnya pilih Text file untuk membagikan dalam bentuk teks
  4. Kemudian pilih aplikasi berbagi yang kita inginkan dan lakukan sebegaimana prosedur membagikan dokumen pada aplikasi yang kita pilih seperti biasanya.

Demikian hasil belajar menggunakan aplikasi Writer Plus yang telah saya lakukan bersama Ibu Melni, semoga menambah informasi kita semua tentang aplikasi-aplikasi bermanfaat yang dapat menunjang kegiatan kita. Sehingga inspirasi yang muncul dimana saja dan kapan saja dapat segera kita dokumentasikan dan menjadi behan tulisan kemudian.
Semoga ilmu baru yang dapat dalam kegiatan “Belajar Menulis Gelombang 2” yang diprakarsai oleh Bapak Wijaya Kusuma “Om Jay” ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat.

Indinah (resume 14, BM gel 2, 19 Pebruari 2020)

Dengan Menulis Aku Berpetualang



Pemateri: Ibu Hati Nurahayu (Bandung), Moderator: Ibu Hidmi Gramatolina Ramdhayani (Lombok)
Malam ini, kami kembali bertemu dengan narasumber luar biasa dengan segudang karya dan penghargaan. Narasumber kita seorang Ibu hebat, ibu dengan lima orang anak yang mampu menelurkan karya-karya luar biasa disaat senggang bersama buah hatinya yang mayoritas balita. Narasumber kita membuktikan bahwa kesibukan sebagai seorang Ibu, tidak mampu membelenggu kreatifitasnya untuk berkarya. Mari kita simak sekelumit kisah narasumber kita yang saya tuangkan dalam catatan sederhana ini.
Narasumber merupakan seorang pendidik di salah satu sekolah swasta di Bandung sejak 16,5 tahun yang lalu. Pengalaman menulis narasumber dimulai ketika pada tahun 2002 beliau mengenal Bapak Yusuf Hilmi Adisenjaja sebagai dosennya ketika menempuh pendidikan di bangku kuliah.  Dari beliau, narasumber mendapatkan inspirasi untuk menulis. Karya pertama yang dihasilkan oleh narasumber adalah Hikmah Diharamkan Darah yang berhasil dimuat pada Majalah Karimah. Beberapa tahun dari karya pertama tersebut, narasumber sempat vakum dalam dunia kepenulisan.
Baru pada tahun 2007, narasumber kembali menghasilkan karya tulis dalam bentuk PTK. PTK hasil tulisan narasumber kemudian dikirimkan kepada P4TKIPA sesuai arahan Bapak Kepala Sekolah kala itu. Melalui PTK tersebut, narasumber tampil sebagai pemakalah perwakilan Propinsi Jawa Barat dalam seminar internasional yang diadakan oleh sedec.
Tahun berikutnya narasumber kembali berkiprah dalam dunia kepenulisan dengan mengirimkan proposal penelitian kepada LPMP Jawa Barat. Proposal yang dikirimkannya lolos menjadi salah satu penerima dana Block grant penelitian. Berikutnya, secara berturut-turut PTK yang diajukan pada tahun 2015 hingga 2019 selalu diterima.
Mencoba hal baru, narasumber kemudian mengikuti kegiatan diseminasi literasi dengan membuat tulisan dalam bentuk narasi. Kegiatan tersebut diikuti pada tahun 2017, dengan sebuah karya narasi berjudul “Peuyeum Bandung”. Karya yang dibuat dadakan dalam waktu 6 hari sebelum deadline tersebut awalnya mendapat cibiran dari beberapa kolega yang sempat dimintakan komentar. Saat itu, narasumber ingin memastikan apakah tulisan yang dibuat sudah benar berbentuk narasi. Diluar dugaan narasumber, karya yang diikutkan dkompetisi dengan prinsip: “ kirim dan lupakan” tersebut justru meraih penghargaan pemenang terbaik 1. Ide menulis karya Peuyeum Bandung ini muncul karena narasumber ingin mengangkat sains dan bioteknologi dengan gaya narasi.  Dalam Peuyeum Bandung juga terdapat nilai kearifan lokal, karakter, religi, dan keterampilan yang ingin diangkat oleh narasumber sebagai tulisan. Bagi narasumber, menulis merupakan pengisi waktu saat pekerjaan rumah tangga telah selesai. Narasumber pun memiliki pendapat bahwa menulis merupakan “refreshing otak”. 
Saat awal menulis, narasumber belum mengenal keberadaan penerbit indie. Narasumber sempat menawarkan naskah bukunya pada penerbit-penerbit. Dari beberapa naskah yang ditawarkan, terdapat 2 buku yang berhasil terbit yaitu tentang Reptile dan Mengenal Ekosistem yang diterbitkan oleh penerbit Mitra Sarana, serta Kreasi dari Kain Flanel yang diterbitkan oleh Rosda Karya. Baru setelah mengikuti kegiatan diseminasi literasi, narasumber mengenal penerbit indie diantaranya penerbit Majas yang dikomandani oleh Ibu Emi Sudarwati. Hobby menulis yang dimiliki oleh narasumber membuat banyak kawan yang meminta bantuannya untuk melakukan editing pada karya tulis mereka. Hingga saat ini terdapat 200an buku naskah guru yang telah diedit oleh narasumber kita.
Pada bulan Oktober tahun 2019, narasumber berinisiatif untuk mengelola sebuah penerbitan indie sendiri. Penerbit tersebut diberi nama Tata Akbar. Penerbit yang baru berkiprah tersebut telah mampu menerbitkan 50 naskah buku, dan masih memproses 45 naskah baru lagi.
Motto menulis narasumber adalah “Dengan menulis aku berpetualang. Dari tidak bisa menjadi bisa. Jangan pernah takut untuk mencoba, dan hasilnya serahkan pada Allah S.W.T. Narasumber tidak menjadikan menulis adalah sebuah target namun media penyegaran sambil bersama anak-anak yang masih balita. Bahkan narasumber juga menyampaikan bahwa foto-foto unik yang sederhana juga dapat menjadi ide di dalam menulis.
Narasumber juga memiliki pengalaman menulis buku bersama penulis ternama seperti Marthen Kanginan. Pengalaman ini diperoleh melalui sahabatnya di bangku kuliah yang menjadi editor Bapak Marthen Kanginan. Sungguh kesempatan luar biasa yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Dalam kegiatan diskusi ini, narasumber juga membagikan trik merubah naskah PTK menjadi sebuah buku. Berikut trik yang narasumber bagikan:
Bab I menjadi bab pendahuluan dengan komposisi tanpa rumusan masalah, manfaat, dan definisi operasional. Tambahkan bagian kesenjangan, dan pernyataan: buku ini ditulis berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul ....
Bab II ditulis dari sub bab 2.1 pada PTK
Bab III ditulis dari sub bab 2.2 dalam PTK
Bab IV berasal dari sub bab 2.3 dalam PTK
dan
Bab V merupakan hasil penelitian dan pembahasan
dibagian awal diberi pengantar:
Uraian pada bab ini diangkat dari hasil PTK yang dilakukan di ... pada ....
dilanjukan dengan kalimat:
Data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah ... yang dikumpulkan dengan instrumen ... lalu dianalisis dengan ...
kemudian sub bab berikut mengikuti pada bab hasil penelitian dan pembahasan.
Kesimpulan di akhir diskusi yang disampaikan oleh narasumber adalah:
1.       Intinya menulis saja apa yang kita mau dan ada di benak kita
2.       Ikuti sistematika penulisan pada tulisan yang kita buat
3.       Fokus pada buku yang dirancang jika ingin membuat buku
4.       Tulislah outline terlebih dahulu.
5.       Mau mencoba hal yang menurut kita tidak mungkin
6.       Miliki sikap dan cara tersendiri dalam menyelesaikan karya
7.       Masalah hasil, dilihat kemudian yang terpenting niatan berkarya
8.       Dan lagi-lagi kata-kata provokatif dari narasumber kita yang saya angkat sebagai judul yaitu: “Dengan menulis aku berpetualang”
Menjadi penutup kegiatan berdiskusi bersama narasumber malam ini.


Indinah (resume 13, BM gel 2, 17 Pebruari 2020)

Menulis dengan HATI



Pemateri: Bapak Alpiyanto (Founder dan Master Trainer Samudera Hati)
Narasumber kita malam ini adalah sosok yang komplit. Ibarat sebuah menu, narasumber adalah empat sehat lima sempurna. Beliau seorang master trainer Samudera Hati, Certified Trainer Magnet Rejeki, Konsultan Pendidikan dan seorang penulis.
Pengalaman menulis narasumber bermula dari catatan kecil di buku catatan. Kemudian terinspirasi untuk menulis dan mengikuti pelatihan enulis selama 2 hari. Pada saat mengikuti kegiatan pelatihan, narasumber sempat membagikan hasil tulisannya kepada pemateri peltihan pada saat itu. Trainer pelatihan sempat mengatakan “Kalau jadi buku tulisan ini, maka akan bes seller”. Tulisan yang dibaca trainer saat senagn menulis. Dengan motivasi dari trainer kala itu, narasumber kita mengembangkan tulisannya dan mengirimkan pada dua penerbit. Namun naskah yang telah ditulis tersebut ditolak oleh penerbit.
Setelah mengikuti training, pembicara kita mendapatkan undangan untuk memberikan training motivasi di Muara Enim. Training ini diikuti oleh 800 peserta pendaftar. Saat memberikan training, salah seorang peserta brtanya pada narasumber apakah materi yang disajikan oleh narasumber telah dituangkan dalam bentuk buku dan menginginkan untuk membeli buku tersebut. Berbekal pertanyaan tersebut, narasumber kemudian memperbaiki naskah awal tulisannya. Pada kesempatan lain dalam mengisi seminar di Banjarmasin, narasumber nekat mencetak 1000 buku dengan modal pinjaman teman. Seminar di Banjarmasin tersebut diikuti oleh 1200 peserta, sayangnya buku yang telah dicetak tersebut terlambat datang sehingga narasumber menyampaikan pada peserta seminar bahwa buku karya narasumber akan sampai pada keesokan harinya jika berkenan memiliki. Dalam kegiatan seminar tersebut, 300 orang peserta seminar memesan dan membeli bukunya.  
Rahasia yang dibagikan narasumber kita malam ini dalam membuat tulisan digambarkan dalam kalimat sederhana yang menarik “menulis ya menulis, tidak boleh dibaca. Dibaca baru keesokan harinya. Karena jika dibaca, tidak akan pernah jadi”. Dalam menulis buku, narasumber lebih memilih buku “how to” karena lebih dibutuhkan dan mudah bagi pembaca. Dari pengalaman menulisnya, Bapak Alpiyanto memiliki kecenderungan untuk menulis, mendesain cover, dan mencari penerbit untuk mencetak karyanya kemudian memasarkan sendiri dalam pelatihan atau seminar yang diselenggarakannya. Narasumber tidak ingin mencetak bukunya melalui penerbit.  Ide menulis  didapatkan oleh narasumber dengan berbagai cara antara lain: pengalaman pribadi sebagai seorang guru, mendengar keluhan teman, ataupun dengan menghimpun harapan dan masalah dari peserta seminar melalui kertas catatan yang dibagikan oleh narasumber setiap kali memberikan materi seminar.
Sebagai trainer dalam seminar, narasumber kita belajar dalam public speaking setelah membaca kisah inspiratif dalam Buku “Quantum Learning”. Dalam buku tersebut diceritakan tentang keberadaan seorang orator dunia yang berasal dari Inggris. Orator tersebut adalah seorang yang gagap. Mengetahui kisah tersebut, narasumber yang seorang pemalu berupaya untuk mampu berbicara dengan baik sebagai seorang trainer.  Strategi narasumber ketika menjadi trainer adalah dengan niatan membagikan pengalaman, bukan untuk memberikan training. Narasumber juga bersikap ikhlas dan tidak mengharapkan honor. Dengan startegi tersebut, narasumber mampu mengisi acara training dengan tanpa beban dan mengalir. Gaya mengalir yang dimiliki oleh narasumber memberikan rasa puas pada peserta workshop dan seminar yang diampunya. 
Pengalaman narasumber sebagai seorang penulis, membuatnya mampu memberikan pelatihan menulis buku. Saran narasumber pada penulis pemula “Menulislah dari pengalaman karena menulis dari pengalaman lebih mudah dari tersenyum”. Saran sederhana yang menggugah semangat seorang penulis pemula seperti saya. Saran tersebut dilontarkan narasumber senada dengan kutipan kata-kata JK. Rowling dalam salah satu bukunya “Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan persaanmu sendiri”. Kata-kata kutipan tersebut menjadi penutup materi yang disampaikan oleh narasumber. Semoga bermanfaat.

Indinah (resume 12, BM gel 2, 15 Pebruari 2020)

Menerbitkan Buku di Penerbit Andi Yogyakarta



Pemateri: Bapak Edi S. Mulyanta, Moerator: Ibu Hidmi Gramatolina
Narasumber malam ini merupakan seorang Publisher Development pada Penerbita Andi Yogyakarta. Tugas utama seorang publisher development adalah mengembangkan bisnis penerbitan buku. Narasumber menceritakan bahwa banyak kompetensi yang dimiliki oleh para penulis yang kurang dapat menyesuaikan dengan keinginan penerbit. Dalam penerbitan naskah buku, hal yang diinginkan oleh perusahaan penerbitan adalah kepastian pasar dari buku yang diterbitkan. Bagi pihak penerbit, kelengkapan naskah yang akan diterbitkan dapat menyusul. Calon penulis yang ingin naskahnya diterbitkan sebaiknya memberikan penjelasan kepada pihak penerbit tentang apa tujuannya menulis dan mengapa dia menulis. Banyak kasus yang ditemui di lapangan, bahwa penulis sibuk menyempurnakan naskah tulisannya dan lupa menjelaskan prospek tulisan yang dibuatnya kepada penerbit.
Dalam satu bulan, penerbit Andi yang dikelola oleh narasumber menyeleksi 200 hingga 400 naskah yang masuk. Banyaknya jumlah naskah yang masuk tersebut, mengakibatkan tidak tersedianya waktu antara penerbit dengan penulis naskah. Sehingga sebagian naskah tersebut terpaksa ditolak karena perhitungan profit bagi penerbit dan keterbatasan permodalan yang dimiliki oleh penerbit. Beberapa naskah yang diterima oleh penerbit andi untuk dicetak, belum selesai pengerjaannya. Namun karena tulisan itu dipandang memiliki value di mata penerbit, maka penerbit Andi pun tidak segan untuk meloloskannya. Jika naskah tulisan telah dicetak dan dipasarkan, penulis dapat memperoleh royalti dengan besaran 10% dari harga buku dan dibayarkan enam bulan sekali terhitung dari awal terbit.
Narasumber kemudian juga menjelaskan apa yang disebut dengan penerbit mayor dengan penerbit indie. Penerbit mayor yang dikelola oleh narasumber mampu memproduksi hingga ribuan buku dalam satu tahun. Penerbitan buku melalui penerbit mayor juga mempengaruhi angka kredit bagi penulis, angka kredit yang diperoleh penulis jika menerbitkan bukunya melalui penerbit mayor dapat menjadi maksimal. Selain itu, pencetakan buku melalui penerbit mayor juga memiliki kekuatan pasar yang baik. Untuk menerbitkan sebuah buku melalui penerbit Andi, narasumber menyarankan agar penulis mengirimkan proposal terlebih dahulu. Proposal tersebut berisi tentang gambaran tema tulisan, outline buku, sampel bab, sinopsis dan daftar riwayat hidup dari penulis. Naskah buku dapat dikirim kepada penerbit dalam format PDF, dalam bentuk sebagian naskah karena masih merupakan penawaran kepada penerbit.
Jenis buku yang cukup digemari pasar adalah buku anak. Buku jenis ini memiliki persaingan yang ketat, sehingga narasumber menyarankan agar mebuat buku anak dalam bentuk berseri agar lebih menarik, menguntungkan dan memiliki kekuatan pasar. Selain buku anak, buku wayang juga menarik untuk diterbitkan. Unsur yang perlu diperhatikan adalah kualitas materi, foto, dan grafika yang bagus. Namun demikian, buku wayang merupakan buku lokal yang memiliki proses pemasaran berbeda dengan buku reguler. Gambar dan isi buku dapat mengambil dari referensi lain dengan syarat mengikuti prosedur pengutipan yang benar agar tidak melanggar hak cipta.
Narasumber juga menjelaskan tentang aturan dan prosedur untuk menyadur buku dari luar negari yang berbahasa asing. Dalam penerbitan buku saduran, penulis buku harus memiliki kontrak pembelian “Right” untuk mendapatkan hak menerjemahkan buku yang disadur tersebut.

Indinah (resume 11, BM gel 2, 13 Pebruari 2020)

Membangun dan mengelola Sekolah



Pemateri: Dra Betti Risnaleni “Pendiri KB, TK, SD Insan Kamil
Pemateri kali ini adalah seorang penggiat pendidikan. Beliau merupakan pendiri dan pengelola sekolah Insan Kamil.  Pendirian sekolah ini bermula dari permintaan salah satu cabang tempat kursus yang telah didirikannya terlebih dahulu. Kursus yang dikelola oleh pemateri merupakan kursus aritmatika. Kursus ini semula didirikan dengan motivasi untuk mencari lapangan kerja sendiri setelah pemateri memutuskan mengundurkan diri dari tempatnya mengajar agar memiliki waktu lebih bersama sang bauh hati. Kursus aritmatika yang didirikan oleh pemateri dimulai pada tahun 1996. Kursus tersebut merupakan waralaba yang memiliki induk yayasan YAI. Sebagai bagian dari waralaba, kursus yang dikelola oleh pemateri memiliki kewajiban membayar kontrak sebesar 10 juta rupiah per tahun. Enam bulan pertama berjalannya lembaga kursus ini memiliki 3 orang peserta. 2 tahun kemudian, kursus bentukan pemateri mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan ini ditunjukkan dengan memiliki 24 cabang kursus di daerah Bekasi. Bersamaan dengan perkembangan kursus aritmatika yang dikelolanya, ibu Betti juga membuat dan menerbitkan buku panduan belajar aritmatika. Buku ini diproduksi secara mandiri oleh penulis tanpa melalui penerbit. Pemasaran buku ini dilakukan dengan mengenalkan pada sekolah, melakukan presentasi dan membuat pelatihan aritmatika gratis. Setelah mendapatkan materi aritmatika gratis, peserta pelatihan diwajibkan untuk membeli buku hasil karya pemateri.
Dengan pesatnya perkembangan kursus aritmatika dan permintaan salah satu cabangnya, ibu Betti mendirikan TK pertamanya. TK tersebut dibuat dengan akte yayasan Insan Kamil. TK ini awal didirikan pada tahun 2003 bersama dengan seorang teman yang kemudian mengundurkan diri karena pada awal berjalan TK ini mengalami kerugian. Seluruh operasional TK didanai dari hasil penjualan buku aritmatika dan dana pribadi Ibu Betti. Pada awal pendirian sekolah Insan Kamil tidak memikirkan tentang profit, pemateri memiliki keyakinan dan komitmen agar anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dapat memperoleh fasilitas pendidikan yang bagus. Baru pada tahun 2009, sekolah ini memperoleh dana bantuan BOS. Setelah sukses mengelola TK, ibu Betti melakukan pengembangan dengan mendirikan KB dan SD dalam naungan yayasan yang sama. Perkembangan pesat sekolah yang dikelolanya berkat ciri khas sekolah. Sekolah bentukan ibu Betti memiliki daya tarik lebih dibanding sekolah lainnya, dimana siswa TK ditargetkan minimal mampu menghapal ayat kursi dan siswa SD dapat menghapalkan juz ke-30 dalam Al Qur’an yang sering disebut juz amma.
Kisah inspiratif yang dibagikan oleh Ibu Betti ini diharapkan mampu memotivasi pembaca sekalian.

Indinah (resume 10, BM gel 2, 11 Pebruari 2020)

Mengapa Saya Ngeblog



Pemateri: Bapak Wijaya Kusuma
Pada awal karier sebagai guru, narasumber hebat kita pada pertemuan malam ini masih awam dengan blog dan segala aktifitas yang berkaitan dengannya. Awal mula pemateri berkenalan dengan blog, pada saat mengikuti pendidikan jenjang Strata 2 di Pascasarjana UNJ Rawangmangun Jakarta Timur. Program pascasarjana ini ditempuh oleh narasumber secara gratis melalui program beasiswa. Program pascasarjana ini dilalui dalam jangka waktu tepat 2 tahun atau 4 semester yang dimulai tahun 2007 dan lulus pada tahun 2009.
Di kampus inilah pemateri berkenalan dengan seorang Kepala Sekolah SMKN di jakarta yang luar biasa yaitu Bapak Dedi Dwitagama.  Pada saat itu, Bapak Dedi Dwitagama sedang menempuh pendidikan S3 di Jurusan Management Pendidikan. Pemateri dikenalkan dan ditunjukkan aktifitas menulis yang dilakukan melalui blog. Saat itu, narasumber kita mengetahui banyak pengunjung yang telah mengunjungi tulisan yang dimuat dalam Blog Bapak Dedi.
Perkenalan itu memicu rasa penasaran pada narasumber kita untuk mencari informasi tentang blog. Dari pencarian tersebut, narasumber mamahami apakah yang dimaksud dengan Blog. Narasumber juga mulai mengetahui bahwa tulisan yang dimuat pada Blog, tersusun secara terbalik dimana tulisan terbaru berada pada tempat teratas. Dengan pengetahuan awal tersebut, narasumber mencoba membuat blog dengan registrasi menggunakan email dan pasword yang biasa dipergunakan untuk membuka email. Ketika terdapat pilihan desain blog, narasumber kita yang pada saat itu masih awam dengan blog merasa kebingungan. Namun kebingungan itu segera teratasi dengan melihat tutorial pembuatan blog melalui video tayangan y0u tube.
Blog yang telah sukses dibuat itu, sempat vakum karena kesibukan yang dijalani oleh narasumber. Tetapi pertemuan berikutnya dengan Bapak Dedi, membuat narasumber kembali menulis di dalam blognya. Motivasi yang membuat narasumber kembali mengaktifkan blognya adalah cerita inspiratif yang disampaikan oleh Bapak Dedi. Bapak Dedi menceritakan tentang adiknya yaitu Bapak Agus Sampurno yang juga gemar menulis pada blog, dan blognya ramai dikunjungi orang.
Keakraban dengan Bapak Dedi, memunculkan kesempatan bagi narasumber untuk menjadi tim dokumentasi pada saat Bapak Dedi menyampaikan materi saat pelatihan. Seringnya diajak oleh Bapak Dedi, membuat narasumber memahami isi materi yang disampaikan sebagai seorang motivator. Pada suatu saat, narasumber diminta untuk menggantikan jadwal seminar motivasi yang sedianya diisi oleh Bapak Dedi. Momen itulah yang mengantarkan narasumber untuk berkecimpung sebagai motivator pendidikan sehingga blognya semakin ramai dikunjungi dan semakin terkenal.
Kebiasaan menulis melalui Blog, memicu semangat narasumber untuk menulis buku dan melahirkan berbagai penghargaan. Sukses dengan blog gratis, narasumber mencoba menggunakan blog berbayar. Narasumber kita memberikan tips agar terus sabar menjalani proses sampai bisa meraih kesuksesan yang ingin dicapai.

Indinah (resume 9, BM gel 2, 9 Pebruari 2020)

Ketika Bukumu Ditolak Penerbit



Pemateri: Bapak Wijaya Kusuma
Kisah kali ini menceritakan perjalanan Bapak Wijaya Kusuma dalam melahirkan buku. Menerbitkan sebuah memerlukan sebuah proses yang harus dialui dengan sabar. Banyak penulis yang ditolak oleh penerbit, lari menuju penerbit indie. Menerbitkan buku melalui penerbit indie memerlukan modal uang pribadi. Padahal ketika kita menerbitkan buku, seharusnya kitalah yang mendapatkan keuntungan dalam bentuk pemasukan keuangan. Narasumber kemudian menceritakan pengalamannya menerbitkan buku yang berjudul “Mengenal Tindakan Kelas”. Naskah buku yang telah disusun oleh penulis bersama Bapak Dedi Dwitagama sempat mengalami penolakan dari penerbit. Penerbit beralasan, penulis bukanlah seorang dosan. Dengan jawaban tersebut, narasumber mencetak naskah bukunya melalui penerbit indie.
Hal menarik terjadi ketia narasumber kita sedang mengikuti bimbingan penulisan thesis dengan Prof. Conny R. Semiawan. Ketika itu, narasumber sedang menyelesaikan studi pada program pasca sarjana S2 di UNJ Rawamangun. Ketika naskah buku narasumber ditunjukkan pada dosen pembimbing thesisnya, Prof Conny bersedia membaca karyanya. Peristiwa berikutnya sungguh di luar dugaan, prof Conny memperkenalkan narasumber kita dengan Bapak Anton dari penerbit indeks. Bak gayung bersambut, naskah yang diajukan oleh narasumber kita diterima dan akan diterbitkan oleh penerbit indeks dengan beberapa perbaikan.
Naskah buku kemudian diperbaikai dengan menambah gambar dan ilustrasi yang dilakukan oleh Bapak Agus Sampurno. Ilustrasi dan gambar yang disajikan berfungsi untuk mempermudah pemahaman pembaca terhadap isi buku. Terbitlah buku “mengenal Tindakan Kelas” dengan sampul berwarna kuning yang menarik perhatian. Buku tersebut diluncurkan pertama kali pada program pasca sarjana UNJ Rawamangun.  Dengan terbitnya buku tersebut, narasumber mulai diundang sebagai pembicara dan narasumber PTK. Sungguh prestasi membagakan yang akan selalu melakat dalam ingatan. Hasil penjualan buku tersebut menghasilkan royalti bagi narasumber kita. Tak tanggung-tanggung, hasil royalti tersebut cukup untuk dituar dengan ipad merk @ple terbaru.
Aktivitas yang dijalani oleh narasumber, menjadi sumber pendapatan. Pendapatan tersebut meliputi: hasil penjualan buku dan royalti serta sebagai pembicara. Motivasi penutup yang disampaikan oleh narasumber yaitu: “Bila buku ditolak penerbit, teruslah melakukan perbaikan samapi naskah tersebut diterima. Tips dari narasumber dalam pengajuan buku pada penerbit yaitu: kirimkan nasah dalam bentuk cetak, jika telah disetujui untuk dicetak barulah mengirimkan soft copy naskah buku. Hal tersebut untuk menghindari penyalahgunaan naskah yang telah kita kirimkan
Salam literasi

Indinah (resume 8, 7 Pebruari 2020)

Kisah Inspiratif Guru Bahasa Jawa dengan Segudang Prestasi



Pemateri: Ibu Emi Sudarwati, Moderator: Ibu Hidmi Gramatolina
Narasumber pada pertemuan malam ini adalah Ibu Emi Sudarwati seorang guru hebat yang berbagi pengalaman penuh inspirasi. Seorang ibu yang juga penulis dan guru berprestasi. Narasumber mengawali karir kepenulisannya pada tahun 2013 dengan bergabung dengan komunitas menulis di Kabupaten Bojonegoro. Komunitas ini bernama PSJB yang merupakan akronim dari Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro. Melalui komunitas menulis ini, narasumber berkenalan dengan orang-orang hebat yang berkecimpung di dunia kepenulisan yang didalamnya termasuk pemimpin redaksi Radar Bojonegoro Alm. Anas AG. Melalui perkenalan dengan penulis-penulis hebat, narasumber kita mengetahui bahwa karya yang dihasilkan oleh siswa pun bisa diterbitkan menjadi sebuah buku yang memiliki ISBN.
Inspirasi ini, memancing narasumber untuk mulai menghimpun hasil karya siswa asuhannya di SMP Baureno. Karya tersebut lantas dibukukan sehingga terbitlah kumpulan cerkak karya siswa SMP Baureno. Terbitnya karya ini mendapatkan respon positif dari Kepala SMP Baureno, Kepala Dinas Pendidikan Bojonegoro sampai Bupati Bojonegoro kala itu. Keberhasilan narasumber tersebut sampai menjadi berita setelah wartawan Radar Bojonegoro mewawancarainya. Hingga berdampak tampilnya narasumber di berbagai media secara gratis. Beliau tidak merasak kendala yang berarti dalam pengalaman manulis bersama siswa. Satu kunci yang dipegang teguh olehnya adalah sabar.
Tidak berhenti sampai disini, narasumber atas dorongan Kepala Sekolah mengikuti kompetisi Inobel tingkat Nasional tahun 2015 dengan mengirim karya inovasinya. Keikutsertaaan dalam kompetisi ini membuahkan hasil dengan mengikutsertakan narasumber sebagai finalis yang mendapatkan kesempatan menyajikan hasil karyanya di Jakarta. Sepulang dari megikuti kompetisi, nara sumber mendapatkan rekomendasi dari PSBJ untuk mengikuti sayembara yang diselenggarakan oleh BBJT (Balai Bahasa Jawa Timur). Usaha tersebut tidaklah sia-sia, melalui ajang ini narasumber menyabet gelar Guru Bahasa Jawa berdedikasi. Gelar ini diperoleh karena narasumber kita memiliki karya berupa buku kumpulan karya siswa, tidak semua orang dapat dan mudah untuk meraihnya.
Keberhasilan demi keberhasilan yang telah diraih, mengantarkan narasumber kita untuk mengikuti ajang guru prestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro tahun 2016. Dalam kegiatan ini, narasumber berhasil merebut juara 3 guru berprestasi Kabupaten Bojonegoro. Dengan rasa penasaran yang masih tersisa, pada tahun ini juga narasumber berinisiatif mengikuti kembali kompetisi inobel. Kali ini, narasumber mendapatkan hasil manis dengan sukses menyabet juara 1 Inobel Nasional dalam kategoro Seni, Olahraga, Agama, Bimbingan Konseling, dan Muatan Lokal. Kemenangan ini membuka kesempatan bagi narasumber untuk mengikuti kursus singkat di Negara Belanda. Kursus ini memberikan kesempatan pada narasumber untuk belajar di beberapa Universitas terkemuka di Belanda seperti Universitas Windesheim dan Leiden. Selain universitas, narasumber juga berkesempatan berkunjung pada sekolah Van der Capellen.
Sepulang dari kursus singkat di negeri Belanda, narasumber melanjutkan kegiatannya dengan mengikuti workshop menulis jurnal di Bali. Pelatihan ini mempelajari metode mengubah naskah Inobel menjadi sebuah jurnal. Hasil karya narasumber dimuat pada sebuah jurnal nasional terkenal bernama “Dedaktika”.
Belum puas mengembangkan diri, narasumber mengikuti workshop literasi di Batam yang kemudian dilanjutkan berjalan-jalan singkat di negeri Singa “Singapura”. Pejalanannya ini bukanlah suatu perjalanan wisata biasa, karena hasil dari perjalanan ini menelurkan sebuah karya lagi yang diberi judul “Dag Dig Dug Singapura”.
Kemenangan narasumber dalam kompetisi Inobel, melarangnya untuk mengikuti kembali kompetisi ini. Namun tak hilang akal, narasumber kita mengajak alumnus finalis Inobel untuk menulis bersama dan diterbitkan dalam bentuk buku dalam wadah kelompok Patungan Buku Inspiratif. Pada tahun 2018, ratusan buku karya alumni Inobel berhasil dicetak. Sukses dalam dunia tulis menulis, narasumber yang juga seorang guru seringkali menjadi motivator rekan sejawatnya untuk sering mengirimkan karya mereka ke media. “Mengirim naskah ke media harus disertai kesabaran dan kegigihan” begitu pesannya.
Tidak hanya memotivasi rekan sejawat, narasumber juga memprofokasi suaminya untuk menulis bersama. Hasil tulisannya diberi judul “Kado Cinta 20 tahun dan Haiku” yang terbit pada tahun 2019. Di tahun yang sama, pengalaman Haji dan Umroh yang dilakukannya dituangkan dalam sebuah buku berbahasa Jawa. Disusul buku kedua: Buku Sampai Keliling Nusantara dan Dunia. Buku-buku patungan pun masih dihasilkan oleh narasumber secara berkesinambungan, baik bersama siswa maupun komunitas Patungan Buku Inspiratif. Narasumber juga sempat bekerjasama dengan penerbit Pusat Ilalang.
Kata penutup yang disampaikan narasumber sangat menarik: Buku adalah sejarah, merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di Dunia. Oleh sebab itu, narasumber ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku. Setiap karya yang kita hasilkan akan menemukan takdirnya sendiri.

Indinah (resume 7, BM gel 2, 5 Pebruari 2020)

Penerbitan Indie




Pemateri: Ibu Sri Sugiastuti, Moderator: Ibu Hidmi Gramatolina
“Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Karena kita diberi akal pikiran dan harus mampu belajar dai pengalaman” lagi-lagi saya bertemu kata-kata provokatif pada awal pertemuan diskusi kali ini. Narasumber kali ini adalah seorang ibu hebat yang memiliki ketertarikan pada dunia menulis. Selain sebagai penulis, narasumber juga senang membantu menjadi editor buku. Beliau sudah beberapa kali membantu terlahirnya buku orang lain. Beliau senantiasa mendapatkan kepuasan bathin ketika sukses membantu terbitnya sebuah buku.
Kepiawaian narasumber untuk “membidani” (istilah beliau) lahirnya buku, membuatnya memiliki gambaran umum yang dapat dipelajari oleh penulis pemula dalam menulis buku. Berikut langkah-langkah membuat buku secara indie:
1.       Menyiapkan naskah
2.       Menyiapkan cover
3.       Menyusun halaman persembahan
4.       Membuat kata pengantar
5.       Menyusun daftar isi
6.       Menyebutkan daftar pustaka
7.       dan membuat cover bagian belakang buku
Setelah ketujuh tahapan tersebut dilalui, pemateri menggambarkan proses penerbitan buku dalam skema: pembuatan cover è pembuatan judul buku è mencantumkan nama penulis è membuat kata pengantar è mencantumkan daftar isi è baru kemudian mengikuti antrian untuk mendapatkan ISBN buku.
Menerbitkan buku secara indie maupun secara mayor memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Beberapa perbedaan antara keduanya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.       Menerbitkan secara indie memerlukan pendanaan pribadi, sedangkan melalui penerbit mayor penulis tidak dikenakan biaya dan bisa mendapatkan royalti dari hasil penjualan bukunya.
2.       Menerbitkan secara mayor memerlukan jumlah banyak. Biasanya minimal 1000 exp cetakan, sedangkan melalui penerbit indie, kita dapat menerbitkan buku meskipun hanya 1 exp.
3.       Pencetakan menggunakan penerbit mayor, harus melalui antrian sedangkan melalui penerbit indie naskah dapat segera dicetak dan dipasarkan. Kelemahannya, pemasaran dari hasil penerbitan secara indie harus dilakukan sendiri oleh penulis.
Ada bermacam tulisan yang dapat menjadi sebuah buku, seperti panalitian tindakan kelas, kumpulan artikel pribadi yang bisa dihimpun menjadi “bunga rampai”, ataupun kumpulan artikel banyak orang menjadi sebuah antologi.
Pemateri menutup diskusi dengan kata-kata motivasi bahwa menulis itu mudah, seperti saat kita beecakap-cakap. Jika ingin menuangkan tulisan menjadi buku, bisa mencoba menggunakan penerbit indie terdekat. Ketakutan buku tidak laku juga harus disingkirkan karena pemateri berpandangan ‘biarlah buku kita menemui takdirnya sendiri”.  Jika ingin mahir menulis, rajinlah bergaul dengan penulis dan tidak pelit berbagi ilmu.

Indinah (resume 6, BM gel 2, 3 Pebruari 2020)

Membangun Personal Branding melalui Blog dan Medsos



Pemateri: Bapak Namin AB Ibnu Solihin “founder motivatorpendidikan.com”
Kita telah memasuki tahapan generasi yang disebut sebagai generasi alpha. Generasi alpha merupakan generasi yang cerdas berteknologi dan dominan beraktivitas di dunia maya. Kondisi ini memudahkan seseorang untuk dikenal luas. Untuk dapat dikenal oleh masyarakat luas, seeorang harus memiliki branding tersendiri. Seperti branding yang dimiliki oleh pemateri yaitu sebagai seorang motivator pendidikan. Membangun branding dapat dilakukan melalui media sosial maupun blog.
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam membangun branding adalah dengan mengenali passion yang kita miliki.  Kemudian muncul dalam benak kita “Apakah passion itu?”. Pengenalan terhadap passion dapat kita lakukan dengan beberapa hal berikut:
1.       Kenali aktivitas yang memantik semangat baik untuk melakukan ataupun membahas aktivitas ersebut
2.       Aktivitas yang dimaksud, akan kita lakukn dengan senang hati meskipun tidak ada bayaran atasnya
3.       Sulit untuk menghentikan aktivitas tersebut.
Setelah menemukan passion, langkah berikutnya adalah membuat nama blog sesuai branding yang ingin kita bentuk. Nama blog ataupun alamat blog yang kita buat, sedapatnya memiliki keunikan dan sederhana, sehingga mudah untuk diingat oleh orang lain. Kemudian isilah blog dengan kemampuan terbaik yang telah kita sebut sebagai sebuah passion. Jika terdapat beberapa permintaan pembaca untuk memuat isi tertentu sepanjang masih di dalam passion kita, maka buatlah pembahasannya. Dengan demikian, kita akan memiliki pembaca-pembaca setia.
Dalam setiap isi tulisan, sebaiknya kita masukkan kata kunci sesuai dengan branding yang ingin kita bangun. Lakukan pengelolaan blog dengan tampilan menarik, bersifat informatif dan kontinyu. Agar pembaca blog, senantiasa mendapat bacaan baru setiap kali mengaksesnya. Blog juga lebih baik jika dibuat pada domain dan hosting yang berbayar.  Bagikan pula hasil tulisan pada blog ke dalam media sosial, untuk menambah jumlah penikmat isi blog. Tulisan yang dimuat pada blog, sedapat mungkin adalah hasil karya orisinal dan menghindari plagiasi.


Indinah (Resume 5, MB gel 2, 1 Pebruari 2020)

Menulis Kisah Perjalanan



Pemateri: Bapak Taufik Hidayat “Penulis perjalanan wisata”
Pemateri merupakan seorang penulis perjalanan wisata. Pemateri telah melakukan kunjungan ke lebih dari 70 negara, dan menuangkannya menjadi artikel. Pemateri memiliki beberapa artikel perjalanan di beberapa media online seperti Kompasiana, UC News, dan Detik travel.
Pemateri juga membukukan perjalanannya menjadi buku, diantaranya 1001 masjid di 5 benua. Artikel perjalanan yang dibuat oleh pemateri dilengkapi dengan foto-foto menarik yang diambil sendiri ketika melakukan perjalanan. Motivasi penulisan artikel 1001 masjid ini untuk melihat keberagaman umat islam di dunia, terutama di tempat-tempat yang pernah disinggahi penulis. Selain menulis tentang keberagaman umat islam, pemateri juga pernah menceritakan tentang pengalaman perjalanannya dan dihubungkan dengan peristiwa mistis yang terdapat pada tempat yang disinggahi.
Tips dan kiat penulisan artikel dari pemateri adalah:
1.      Menjadi penulis tidak harus memiliki latar belakang pendidikan bahasa, namun penulis harus memiliki niat menulis, mencoba menulis apapun, mengalirkan ide dan memperbanyak mempelajari bahasa
2.       Tulisan harus memiliki judul yang menarik pembaca. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan memilih kata-kata yang menimbulkan rasa ingin tahu, menyelipkan nama tokoh terkenal, mengambil sebagian judul film, mengambil petikan lirik lagu.
3.       Membuat banyak foto ketika melakukan kunjungan, karena kita dapat menulis dengan melihat foto.
4.       Artikel dapat juga memuat percakapan agar tidak membosankan.
5.       Gaya bahasa yang digunakan bebas, bisa sebagai orang pertama, orang ketiga.
6.       Menulis dapat sesuai aliran waktu, dapat pula memberikan alur flash back untuk kejutan pembaca agar tidak menimbulkan kebosanan.
7.       Tipe paragraf yang umum digunakan untuk suatu artikel perjalanan adalah deskripsi dan narasi.
8.       Agar memiliki segmen pembaca, penulis sebaiknya membangun branding dengan konsisten menulis di suatu bidang tertentu.
9.       Sedapat mungkin menghindari kutipan dari artikel lain, jika terpaksa tetap harus dituliskan sumber kutipan.
10.   Tulisan juga bisa disusun dari membaca brosur, dengan ditambah pengembangan dari imajinasi penulis dan tambahan wawasan dari penulis.


Indinah (Resume 4, BM gel 2, 30 Januari 2020)

Menulis apapun


Pemateri: Bapak Dudung Nurullah Koswara, Moderator: Bapak Wijaya Kusuma
Pada pertemuan kali ini, pemateri memulai diskusi dengan kata-kata menarik “Menulis tidak harus diawali dengan tulisan yang baik, tulislah apa adanya, tulis apapun yang terlintas” dengan syarat tulisan tersebut tidak mengandung SARA, perundungan, maupun berita bohong atau hoax. Kalimat dari pemateri kali ini menurut saya merupakan sebuah kalimat persuasif yang cenderung profokatif. Profokatif yang saya sebutkan disini adalah sebuah ajakan kuat kearah positif, kearah keinginan dan kemauan untuk menulis.
Pemateri menyarankan menulis sesuatu bisa diawali dengan kata pepatah, pendapat orang, ataupun gosip terhangat. Gosip terhangat ini tentu yang bukan golongan berita bohong ya. Untuk memulai minat menulis, buat saja tulisan awal, kemudian dibaca kembali, dan direvisi sebelum diunggah.
Pemateri kali ini lebih aktif menulisa melalui media sosial seperti f@cebook dibandingkan melalui blog. Agar menarik, setiap tulisan yang diunggah sebaiknya diberikan judul yang unik. Unik ini, menurut pemateri diistilahkan dengan nyundul.
Untuk penulis pemula, pemateri menyarankan untuk mencoba langkah awal dengan memulai menulis 2 paragraf. Agar tetap bisa eksis setiap hari, penulis harus membuat target menulis setiap hari. Tulislah setiap ada ide menulis terlintas.
Kesimpulan menarik yang dapat diambil dari pertemuan kali ini yaitu menulis tidak berbicara tentang kemampuan, namun merupakan sebuah kemauan. Dengan semakin sering diasah, kemampuan menulis akan meningkat sehingga sang penulis akan menjadi ahli menulis.

Indinah (resume 3, BM gel 2, 28 Januari 2020)

Menulis melalui Blog



Pemateri: Bapak Dedi Dwitagama, Moderator: Bapak Agus Sampurno
Narasumber kali ini merupakan seorang guru matematika di SMK Negeri 50 Jakarta sejak tahun 1988. Beliau pernah menulis buku Bahan Ajar Matematika, Penelitian Tindakan Kelas, dan Narkoba. Narasumber aktif dalam dunia tulis menulis sejak tahun 2005 melalui blog. Motivasi terbesar untuk menulis diperoleh dari Bapak agus Sampurno. Seiring waktu, kemampuan pengelolaan blognya menjadi meningkat. Mulailah Bapak Dedi membuat blog trainerkita pada laman wordpress.com. blog yang dibuat ini memiliki fokus informasi tentang berbagi rejaki. Narasumber juga membuat blog untuk menyalurkan hobbynya dalam dunia fotografi. Blog tersebut diberi nama fotodedi, dan masih  tergabung dalam wordpress.com. Kegemaran membuat blog, disalurkan oleh Bapak Dedi hingga mencetak 14 blog.
Dengan dasar pendidikan matematika, narasumber cenderung memiliki gaya menulis yang singkat dan padat khas matematika. Bloq yang dibuat mampu menyedot perhatian 2 juta pengunjung dengan total postingan mencapai 4000 tulisan. Narasumber memiliki trik tersendiri agar blognya sering dikunjungi. Trik ampuh yang dipergunakan adalah menggunakan kata-kata yang paling banyak dicari orang pada situs pencarian seperti go0gle. Tips berikutnya yang dilakukan oleh narasumber adalah dengan rajin berkunjung pada blog orang lain, dan meninggalkan komentar. Dengan demikian, pembaca lain juga akan memiliki keinginan untuk mengetahui tulisan yang kita bagikan di halaman blog kita.
Tulisan pada blog juga dapat dibuat menarik dengan memberikan warna berbeda pada tulisan. Menulis di blog sekarang menjadi lebih mudah karena dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, seiring dengan perkembangan tekhnologi telepon pintar.  Aktivitas terbaru, narasumber juga mencoba membuat chanel you tube.
Akhir kata yang disampaikan narasumber, menulis melalui blog merupakan proses pembiasaan. Bisa dimulai dengan mendokumentasikan apapun, dan bisa dipergunakan juga untuk menebarkan kebaikan.

Indinah (resume 2, 26 Januari 2020)

Blogging sebagai Aspek Reflektif bagi Seorang Pendidik



Pemateri: Agus Sampurno pengelola blog: http://gurukreatif.wordpress.com

Kran kreativitas Guru, tlah terbuka lebar, sehingga guru perlu dan dapat berinovasi. Inovasi yang dibuat oleh guru, sebaiknya dipublikasikan agar dapat menginspirasi dan memotivasi rekan lainnya. Blog merupakan media yang lazim dan banyak dipergunakan untuk publikasi.  
Kata inovasi, seringkali mendapat pemahaman yang salah. Beberapa orang beranggapan bahwa inovasi selalu tentang teknologi, padahal inovasi memiliki makna yang luas, inovasi merupakan cara atau proses yang dipergunakan untuk mempermusah mencapai tujuan. Dengan beranggapan bahwa inovasi selalu berkaitan dengan teknologi, maka inovasi dikatakan sebuah produk. Anggapan ini tentu tidak dapat dibenarkan, karena inovasi adalah suatu budaya. Budaya berinovasi tidak harus dimulai oleh pemimpin atau kepala sekolah yang hebat, tapi guru atau pelaksana lapangan pun mampu dan dapat melakukan inovasi atau terobosan baru. Inovasi juga tidak harus dari orang-orang pintar, tidak harus lahir dari kesulitan namun suatu inovasi lahir karena sebuah kebiasaan baik yang berulang.
Beberapa hambatan yang mungkin muncul saat ingin berinovasi bagi guru adalah keberadaan ujian nasional, rekan sekerja, input siswa, waktu yang terbatas. Untuk mensiasati permasalahan hambatan tersebut, guru dapat mencari komunitas yang baik, yang membangun semangat. Pencarian komunitas semacam ini pada era digital yang semakin pesat sangat mudah untuk ditemukan, antara lain pada sosial media, atau komunitas digital.
Selain hambatan, inovasi juga mendapatkan beberapa tantangan, yaitu adanya kesempatan, kurangya motivasi untuk melaksanakan inovasi dan tekhnologi yang mendukung perkembangan inovasi itu sendiri.
Hambatan dan tantangan melakukan inovasi dapat dipatahkan dengan hal-hal berikut yaitu komitmen, kerjasama, dan perencanaan. Tiga hal tersebut merupakan hal penting yang membuat inovasi dapat berhasil dilaksanakan.

 Indinah (resume 1,24 Januari 2020)