Narasumber: Bapak Much.
Khoiri
Pemateri diskusi kali ini adalah seorang dosen menulis kreatif yang luar
biasa. Dikatakan luar biasa karena narasumber ini mampu menghasilkan 43 buku.
Selain itu, narasumber juga seorang editor naskah. Narasumber menjelaskan bahwa
setelah sebuah naskah disusun, tugas seorang penulis belumlah usai. Langkah
selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan penyuntingan. Kemudian muncul
pertanyaan “Bagaimana cara menyunting?”
Narasumber kita membagikan kiatnya dalam
uraian berikut:
Pertama baca ulang draf tulisan. Proses membaca
ulang ini dapat dilakukan dalam 2 hingga 3 kali ulangan. Dalam membaca
ulang draf, seorang penyunting naskah harus bersifat obyektif. Kedua, temukan kekurangan dan kelebihan naskah.
Kelebihan dan kekurangan yang dapat dicermati adalah ide, pengorganisasian, dan
penggunaan bahasa. Berikutnya tambahkan variasi, penekanan, koherensi,
transisi dan rincian dalam naskah yang disunting.Kemudian kurangi kalimat yang bertele-tele, kurang
relevan dan tidak konsisten dalam naskah.Tahap berikutnya adalah jika bahasan yang terdapat dalam naskah
masih kurang luas atau dalam, maka sisipkan ide tambahan. Ide tambahan yang
dimaksud seperti contoh atau kutipan. Sebaliknya, jika naskah terlalu banyak
contoh atau rinci, lakukan seleksi contoh yang paling sesuai. Contoh di dalam
naskah juga dapat diganti dengan yang lebih sesuai. Kemudian lakukan mengorganisasikan ide. Pastikan naskah yang disunting memiliki bagian pembuka,
penjelasan yang berimbang dan penutup yang berkesan. Selanjutnya periksalah keruntutan ide di
dalam naskah dan perpaduan ide secara menyeluruh. Lakukan pula pembenahan bahasa. Satu
kalimat umumnya terdapat unsur “Subyek” dan “Predikat”. Berikutnya cermati pemilihan kata sehingga
penggunaannya di dalam kalimat menjadi efektif. Terakhir, benahilah penulisan ejaan, tanda
baca dan tata tulis.
Suatu proses penyuntingan dikatakan berhasil jika pesan dari penulis dapat
sampai kepada pembaca. Namun demikian, seorang penyunting naskah tidak berhak
merubah maksud dan isi naskah. Terlebih jika naskah yang disunting merupakan
hasil karya orang lain. Menilik pentingnya menyunting naskah, narasumber kita menyarankan agar
seorang penulis juga harus belajar menyunting naskah.
Tetapi jika proses penyuntingan dapat menghambat gairah menulis seorang pemula, penyuntingan dapat diwakilkan kepada ahlinya yaitu tim penyunting. Sebuah tim penyunting dapat terdiri atas dua lapis. Lapis pertama betugas mengedit konten, organisasi dan bahasa secara umum. Tim lapis pertama ini lazim dengan sebutan lapis kasar. Setelah melalui penyuntingan kasar, naskah dapat dilakukan finalisasi oleh tim lapis kedua atau tim lapis halus.
Tetapi jika proses penyuntingan dapat menghambat gairah menulis seorang pemula, penyuntingan dapat diwakilkan kepada ahlinya yaitu tim penyunting. Sebuah tim penyunting dapat terdiri atas dua lapis. Lapis pertama betugas mengedit konten, organisasi dan bahasa secara umum. Tim lapis pertama ini lazim dengan sebutan lapis kasar. Setelah melalui penyuntingan kasar, naskah dapat dilakukan finalisasi oleh tim lapis kedua atau tim lapis halus.
Sebagai tim penyunting,
narasumber kita memiliki pengalaman menarik. Narasumber pernah mendapati naskah
rumit, yang dalam 1 paragraf hanya terdiri atas 1 kalimat. Pengalaman lain
dalam menyunting naskah yang juga sulit dilupakan oleh narasumber adalah
menyunting naskah dengan bahasa “menggemaskan”. Narasumber menyebut
menggemaskan karena bahasa yang dipergunakan kurang baku.
Tantangan lain seorang
penyunting adalah saat melakukan penyuntingan naskah puisi. Menurut narasumber,
menyunting puisi memiliki aturan tersendiri. Aturan tersebut antara lain aturan
rima, ritma, majas dan simbul. Narasumber menjelaskan bahwa menulis puisi bukan
berarti menulis kata-kata berbunga-bunga, melainkan kata penuh makna.
Secara ringkas, narasumber menegaskan 3
tahapan menyunting yaitu:
- Membaca seluruh konten
- Melakukan review, dan
- Menandai bagian yang perlu ditata kembali.
Diskusi kali ini ditutup oleh narasumber dengan sebuah harapan agar bahasan
seni menyunting ini dapat memberikan manfaat bagi semua peserta diskusi.
Indinah (resume 17, BM gel 2, 27 Pebruari 2020)