Kamis, 20 Februari 2020

Penerbitan Indie




Pemateri: Ibu Sri Sugiastuti, Moderator: Ibu Hidmi Gramatolina
“Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Karena kita diberi akal pikiran dan harus mampu belajar dai pengalaman” lagi-lagi saya bertemu kata-kata provokatif pada awal pertemuan diskusi kali ini. Narasumber kali ini adalah seorang ibu hebat yang memiliki ketertarikan pada dunia menulis. Selain sebagai penulis, narasumber juga senang membantu menjadi editor buku. Beliau sudah beberapa kali membantu terlahirnya buku orang lain. Beliau senantiasa mendapatkan kepuasan bathin ketika sukses membantu terbitnya sebuah buku.
Kepiawaian narasumber untuk “membidani” (istilah beliau) lahirnya buku, membuatnya memiliki gambaran umum yang dapat dipelajari oleh penulis pemula dalam menulis buku. Berikut langkah-langkah membuat buku secara indie:
1.       Menyiapkan naskah
2.       Menyiapkan cover
3.       Menyusun halaman persembahan
4.       Membuat kata pengantar
5.       Menyusun daftar isi
6.       Menyebutkan daftar pustaka
7.       dan membuat cover bagian belakang buku
Setelah ketujuh tahapan tersebut dilalui, pemateri menggambarkan proses penerbitan buku dalam skema: pembuatan cover è pembuatan judul buku è mencantumkan nama penulis è membuat kata pengantar è mencantumkan daftar isi è baru kemudian mengikuti antrian untuk mendapatkan ISBN buku.
Menerbitkan buku secara indie maupun secara mayor memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Beberapa perbedaan antara keduanya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.       Menerbitkan secara indie memerlukan pendanaan pribadi, sedangkan melalui penerbit mayor penulis tidak dikenakan biaya dan bisa mendapatkan royalti dari hasil penjualan bukunya.
2.       Menerbitkan secara mayor memerlukan jumlah banyak. Biasanya minimal 1000 exp cetakan, sedangkan melalui penerbit indie, kita dapat menerbitkan buku meskipun hanya 1 exp.
3.       Pencetakan menggunakan penerbit mayor, harus melalui antrian sedangkan melalui penerbit indie naskah dapat segera dicetak dan dipasarkan. Kelemahannya, pemasaran dari hasil penerbitan secara indie harus dilakukan sendiri oleh penulis.
Ada bermacam tulisan yang dapat menjadi sebuah buku, seperti panalitian tindakan kelas, kumpulan artikel pribadi yang bisa dihimpun menjadi “bunga rampai”, ataupun kumpulan artikel banyak orang menjadi sebuah antologi.
Pemateri menutup diskusi dengan kata-kata motivasi bahwa menulis itu mudah, seperti saat kita beecakap-cakap. Jika ingin menuangkan tulisan menjadi buku, bisa mencoba menggunakan penerbit indie terdekat. Ketakutan buku tidak laku juga harus disingkirkan karena pemateri berpandangan ‘biarlah buku kita menemui takdirnya sendiri”.  Jika ingin mahir menulis, rajinlah bergaul dengan penulis dan tidak pelit berbagi ilmu.

Indinah (resume 6, BM gel 2, 3 Pebruari 2020)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar