Rabu, 26 Februari 2020

Best Practice Lebih Mudah dari PTK

Pemateri: Bapak Asep Suparman, M.Pd (Kepala Sekolah Berprestasi Berkat Literasi)
Pemateri kali ini seorang Kapala SMK berprestasi berasal dari Rejang Lebong. Mengenal sepak terjang kepala sekolah yang satu ini membuat saya berdecak kagum. Tanggung jawab sebagai kepala SMK yang disandang tidak membuatnya lantas tenggelam dalam rutinitas tugas mengelola sekolah. Pemateri juga aktif sebagai sekretaris PGRI di Kabupaten Rejang Lebong. Sebelum menularkan ilmunya dalam menulis karya andalannya, beliau sempat menceritakan kegiatan hari ini. Pemateri kita menceritakan tentang pendampingan yang dilakukannya dalam membela seorang guru yang mengalami tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang tua siswa.
Dengan mengenalkan gaya menulisnya, pemateri membuat penegasan bahwa menulis itu mengasyikkan dan dapat dilakukan di sela-sela kegiatan. Pemateri menyarankan untuk menuliskan apa yang kita kerjakan dalam keseharian. Kegiatan menulis yang dialkukan oleh pemateri diawali dengan keikutsertaannya dalam lomba menulis yang diadakan oleh Dirjen GTK Kemdikbud yang digelar secara rutin setiap tahun.
Kegemaran narasumber mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Kemdikbud dibuktikan dari keikutsertaanya dalam: Lomba Guru Berprestasi, Lomba menulis Best Practice dan masih banyak lagi. Dari lomba yang diikuti tersebut, beberapa prestasi yang berhasil diraih pemateri adalah sebagai finalis guru SMK berprestasi tingkat nasional pada tahun 2012, menjadi juara 2 lomba best practice Kepala Sekolah Tingkat nasional di tahun 2018, dan pada tahun 2019 menjadi juara ke-3 menulis buku non-fiksi tingkat nasional.
Karya paling berkesan yang dimiliki oleh pemateri adalah sebuah buku yang berasal dari pengembangan karya best practice-nya. Karya tersebut diberi judul “Pasir menjadi Mutiara”. Buku ini menceritakan tentang perjuangan pemateri kita dalam menghasilkan tamatan mumpuni yang bermutu tinggi. Tantangan besar yang dihadapi pemateri dalam melahirkan tamatan berkualitas ini bukanlah hal yang mudah. Tantangan terbesar yang dihadapinya adalah input siswa yang kurang mendukung untuk menghasilkan tamatan berkualitas. Pengalaman menulis best practice ini, menjadikan pemateri memiliki pengalaman yang baik dalam menulis sebuah karya best practice.
Beberapa tips yang diberikan oleh pemteri dalam membuat best practice saya tuangkan dalam rangkuman berikut:

  1. Carilah masalah yang akan diangkat
  2. Lakukan inovasi untuk memecahkan masalah tersebut secara kontinyu dan dokumentasikan
  3. Jika inovasi yang sudah dilakukan membuahkan hasil, baru dilanjutkan dengan menyusun tulisan sesuai dengan aturan sistematika best practice
  4. Agar tulisan best practice menjadi menarik, buatlah judul yang memancing keingintahuan pembaca yang oleh pemateri disebut sebagai judul yang “seksi”
Pemateri pada kegiatan belajar malam ini menyemangati saya dengan menyebutkan bahwa menulis best practice lebih mudah dibandingkan menulis Penelitian Tindakan Kelas karena best practice lebih sederhana. Pemateri mengajak untuk mencermati lingkungan sekolah dan menemukan masalah yang ada dengan latar belakang tertentu. Setelah diketemukan suatu masalah, kita dapat mencari solusi yang jitu dalam menghadapinya. Kegiatan itu kita kenal dengan istilah ”Problem Solving”.
Gambaran sistematika sederhana sebuah karya “best practice”, diuraikan oleh pemateri dalam ringkasan berikut:

  1. Bab I Pendahuluan
  2. Bab II Tinjauan Pustaka
  3. Bab III Metode. disinilah perbedaan antara best practice dengan PTK nampak jelas. Metode yang dituliskan dalam sebuah naskah best practice tidak serumit yang terdapat pada PTK. Pada best practice penulis hanya perlu menyiapkan instrumen dan prosedur penyelesaian masalah yang ditemukan.
  4. Bab IV Hasil dan Pembahasan
  5. Bab V Kesimpulan, dan terakhir adalah bagian
  6. Daftar Pustaka

Penegasan yang diberikan pemateri adalah waktu penulisan best practice yang memiliki kecenderungan lebih lama dibanding PTK karena merupakan praktek terbaik yang dilakukan guru. Namun demikian best practice tidak perlu diujikan kepada ahli tertentu sepanjang guru telah menguasai metode pelaksanaan dan penulisan best practice.
Kesimpulan penting yang disajikan pemateri di akhir pertemuan adalah:
  1. Setiap orang bisa menulis, khususnya menulis best practice
  2. Best practice merupakan pengalaman/ praktik terbaik yang dilakukan secara kontinyu dalam upaya problem solving yang ada di sekolah
  3. Yang terpenting dalam pelaksanaan best practice adalah seberapa besar dampak positif yang terjadi
  4. Harus terdapat perbedaan hasil dari sebelum dan sesudah inovasi dengan best practice
  5. Pembuatan judul harus menarik dan berhubungan dengan isi yang dituliskan dalam best practice

Semoga beberapa tips dan trik menulis “best practice” ini dapat menginspirasi munculnya penerapan problem solving dalam kegiatan pembelajaran kita.

Indinah (resume 16, BM gel 2, 24 Pebruari 2020)


1 komentar: