Pemateri: Ibu Hati
Nurahayu (Bandung), Moderator: Ibu Hidmi Gramatolina Ramdhayani (Lombok)
Malam ini, kami kembali bertemu dengan narasumber
luar biasa dengan segudang karya dan penghargaan. Narasumber kita seorang Ibu
hebat, ibu dengan lima orang anak yang mampu menelurkan karya-karya luar biasa
disaat senggang bersama buah hatinya yang mayoritas balita. Narasumber kita
membuktikan bahwa kesibukan sebagai seorang Ibu, tidak mampu membelenggu
kreatifitasnya untuk berkarya. Mari kita simak sekelumit kisah narasumber kita
yang saya tuangkan dalam catatan sederhana ini.
Narasumber merupakan seorang pendidik di salah satu
sekolah swasta di Bandung sejak 16,5 tahun yang lalu. Pengalaman menulis
narasumber dimulai ketika pada tahun 2002 beliau mengenal Bapak Yusuf Hilmi
Adisenjaja sebagai dosennya ketika menempuh pendidikan di bangku kuliah. Dari beliau, narasumber mendapatkan inspirasi
untuk menulis. Karya pertama yang dihasilkan oleh narasumber adalah Hikmah
Diharamkan Darah yang berhasil dimuat pada Majalah Karimah. Beberapa tahun dari
karya pertama tersebut, narasumber sempat vakum dalam dunia kepenulisan.
Baru pada tahun 2007, narasumber kembali
menghasilkan karya tulis dalam bentuk PTK. PTK hasil tulisan narasumber
kemudian dikirimkan kepada P4TKIPA sesuai arahan Bapak Kepala Sekolah kala itu.
Melalui PTK tersebut, narasumber tampil sebagai pemakalah perwakilan Propinsi
Jawa Barat dalam seminar internasional yang diadakan oleh sedec.
Tahun berikutnya narasumber kembali berkiprah dalam
dunia kepenulisan dengan mengirimkan proposal penelitian kepada LPMP Jawa
Barat. Proposal yang dikirimkannya lolos menjadi salah satu penerima dana Block
grant penelitian. Berikutnya, secara berturut-turut PTK yang diajukan pada
tahun 2015 hingga 2019 selalu diterima.
Mencoba hal baru, narasumber kemudian mengikuti
kegiatan diseminasi literasi dengan membuat tulisan dalam bentuk narasi.
Kegiatan tersebut diikuti pada tahun 2017, dengan sebuah karya narasi berjudul “Peuyeum
Bandung”. Karya yang dibuat dadakan dalam waktu 6 hari sebelum deadline
tersebut awalnya mendapat cibiran dari beberapa kolega yang sempat dimintakan
komentar. Saat itu, narasumber ingin memastikan apakah tulisan yang dibuat
sudah benar berbentuk narasi. Diluar dugaan narasumber, karya yang diikutkan
dkompetisi dengan prinsip: “ kirim dan lupakan” tersebut justru meraih
penghargaan pemenang terbaik 1. Ide menulis karya Peuyeum Bandung ini muncul
karena narasumber ingin mengangkat sains dan bioteknologi dengan gaya
narasi. Dalam Peuyeum Bandung juga
terdapat nilai kearifan lokal, karakter, religi, dan keterampilan yang ingin
diangkat oleh narasumber sebagai tulisan. Bagi narasumber, menulis merupakan
pengisi waktu saat pekerjaan rumah tangga telah selesai. Narasumber pun
memiliki pendapat bahwa menulis merupakan “refreshing otak”.
Saat awal menulis, narasumber belum mengenal
keberadaan penerbit indie. Narasumber sempat menawarkan naskah bukunya pada
penerbit-penerbit. Dari beberapa naskah yang ditawarkan, terdapat 2 buku yang
berhasil terbit yaitu tentang Reptile dan Mengenal Ekosistem yang diterbitkan oleh
penerbit Mitra Sarana, serta Kreasi dari Kain Flanel yang diterbitkan oleh
Rosda Karya. Baru setelah mengikuti kegiatan diseminasi literasi, narasumber
mengenal penerbit indie diantaranya penerbit Majas yang dikomandani oleh Ibu
Emi Sudarwati. Hobby menulis yang dimiliki oleh narasumber membuat banyak kawan
yang meminta bantuannya untuk melakukan editing pada karya tulis mereka. Hingga
saat ini terdapat 200an buku naskah guru yang telah diedit oleh narasumber
kita.
Pada bulan Oktober tahun 2019, narasumber
berinisiatif untuk mengelola sebuah penerbitan indie sendiri. Penerbit tersebut
diberi nama Tata Akbar. Penerbit yang baru berkiprah tersebut telah mampu
menerbitkan 50 naskah buku, dan masih memproses 45 naskah baru lagi.
Motto menulis narasumber adalah “Dengan menulis aku
berpetualang. Dari tidak bisa menjadi bisa. Jangan pernah takut untuk mencoba,
dan hasilnya serahkan pada Allah S.W.T. Narasumber tidak menjadikan menulis
adalah sebuah target namun media penyegaran sambil bersama anak-anak yang masih
balita. Bahkan narasumber juga menyampaikan bahwa foto-foto unik yang sederhana
juga dapat menjadi ide di dalam menulis.
Narasumber juga memiliki pengalaman menulis buku
bersama penulis ternama seperti Marthen Kanginan. Pengalaman ini diperoleh
melalui sahabatnya di bangku kuliah yang menjadi editor Bapak Marthen Kanginan.
Sungguh kesempatan luar biasa yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Dalam
kegiatan diskusi ini, narasumber juga membagikan trik merubah naskah PTK
menjadi sebuah buku. Berikut trik yang narasumber bagikan:
Bab I menjadi bab pendahuluan dengan komposisi
tanpa rumusan masalah, manfaat, dan definisi operasional. Tambahkan bagian
kesenjangan, dan pernyataan: buku ini ditulis berdasarkan hasil penelitian
tindakan kelas yang berjudul ....
Bab II ditulis dari sub bab 2.1 pada PTK
Bab III ditulis dari sub bab 2.2 dalam PTK
Bab IV berasal dari sub bab 2.3 dalam PTK
dan
Bab V merupakan hasil penelitian dan pembahasan
dibagian awal diberi pengantar:
Uraian pada bab ini diangkat dari hasil PTK yang
dilakukan di ... pada ....
dilanjukan dengan kalimat:
Data yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah ... yang dikumpulkan dengan instrumen ... lalu dianalisis dengan ...
kemudian sub bab berikut mengikuti pada bab hasil
penelitian dan pembahasan.
Kesimpulan di akhir diskusi yang disampaikan oleh
narasumber adalah:
1. Intinya
menulis saja apa yang kita mau dan ada di benak kita
2. Ikuti
sistematika penulisan pada tulisan yang kita buat
3. Fokus
pada buku yang dirancang jika ingin membuat buku
4. Tulislah
outline terlebih dahulu.
5. Mau
mencoba hal yang menurut kita tidak mungkin
6. Miliki
sikap dan cara tersendiri dalam menyelesaikan karya
7. Masalah
hasil, dilihat kemudian yang terpenting niatan berkarya
8. Dan
lagi-lagi kata-kata provokatif dari narasumber kita yang saya angkat sebagai
judul yaitu: “Dengan menulis aku berpetualang”
Menjadi penutup kegiatan berdiskusi bersama
narasumber malam ini.
Ilmu yang bermanfaat
BalasHapusMudah2an Ibu.
Hapus